Paus Fransiskus juga menyerukan bahwa Gereja hadir sebagai paguyuban harapan di tengah kesulitan dan tantangan, terutama melalui bulla Spes non Confudit. St. Paulus juga mengatakan bahwa iman adalah harapan, jawaban atas Wahyu Ilahi. Kita sebagai Gereja berziarah menuju sumber kesembuhan (rahmat kesembuhan) dalam rentangan tangan Allah. Gereja telah dirangkul oleh Allah dengan kasih-Nya yang tak bersyarat, maka kerinduan serta harapan ini dibagikan (sharing is caring) supaya semua orang pun merasa terpanggil untuk dirangkul dan merangkul kasih Tuhan yang tak bersyarat.
Berjalan Bersama Sebagai Peziarah Pengharapan
Luk 3: 3 berbunyi, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Ajakan untuk membangun dan memiliki sikap rendah hati untuk bertobat. Menyadari bahwa “aku” seorang pendosa, tetapi dicintai oleh Allah. Perjalanan menuju pertobatan tidak hanya dilakukan sendiri, tetapi dilalui bersama - sama sebagai peziarah yang menempuh perjalanan begitu jauh. Pepatah lawas mengatakan bahwa “jika kamu ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendiri. Namun, jika kamu ingin berjalan jauh maka berjalanlah bersama,” pepatah ini mencerminkan Gereja yang berjalan bersama (Syn-Hodos) menuju Betlehem dalam perjalanan panjang dan menantang tanpa meninggalkan satu pun kawanannya, mengarungi zaman sebagai satu kesatuan.
Betlehem tempat kelahiran Yesus, Tuhan kini sebuah Kerajaan Surga di dunia. Menggerakan hati setiap orang beriman dan berpengharapan untuk menuju pada-Nya. Kerajaan Surga merupakan suasana di mana Allah merajai hati manusia dan melalui kesatuan dengan Sang Sabda, orang - orang terutama orang berdosa dipanggil untuk datang kembali, berkumpul untuk bertobat dan tinggal damai dalam keterpesonaan akan kemuliaan-Nya serta dipersatukan kembali sebagai Tubuh Mistik Kristus.
"Aku Dengar Bisikan Suara-Mu"
"Menggema lembut di dalam batinku, sungguh engkau sahabat-Ku, jikalau engkau menaati menaati perintah-Ku. Pergilah dan sebarkanlah kabar sukacita-Ku, sampai akhir zaman Aku serta-Mu.” Lirik lagu hasil dari refleksi iman yang menyatakan kegembiraan dalam minggu yang penuh sukacita. Hadirnya sukacita sejati dari masa penantian sebagai hadiah terbesar bagi dunia. Turut ikut serta dalam perjalanan memberitakan kasih yang sejati.
Seruan pertobatan yang telah kita lakukan sebelumnya bukan hanya sekedar penyesalan kesalahan dan kelemahan. Melainkan, adanya wujud laku tobat yang konkret pada tindakan sehari - hari kita mulai dari hal sederhana. Sebab dosa merupakan ketidakseimbangan relasi dengan Allah dan melalui kesetiaan akan hal - hal kecil sebagai jalan kesucian kita semua bersama melangkah menuju Allah. Menanggapi undangan untuk mewujudkan laku tobat dengan sukacita.
Keluarga sebagai Gereja rumah tangga atau Ecclesia Domestica. Tempat pertama di mana budaya kasih diturunkan dari Allah sendiri melalui orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau.” Manusia tidak ada yang tidak mengenal kasih, sebab hal pertama yang diterimanya adalah kasih lebih - lebih berasal dari Allah sendiri.
Kasih yang kita alami menyadarkan kita akan histori hidup kita sebagai jejak kasih Allah yang memanggil kita untuk membagikan juga pengalaman dikasihi pada orang lain. Dalam Luk 7: 47, “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih,” mengakui diri berdosa dan menyadari mengalami cinta Tuhan sehingga mampu percaya akan rahmat pengampunan. Mengampuni dan diampuni sebagai jembatan hati. Not to do, but to be disciples.
Mengobarkan Api Semangat Mencintai Dalam Karya Pelayanan Kasih
Tri Munera Christi, setiap orang yang telah dibaptis, ikut ambil bagian dalam tiga tugas Kristus sebagai konsekuensi seseorang menyatakan diri mau memanggul salib mengikuti Kristus. Pembaptisan menyadarkan kita sekalian akan status kita yang telah berubah setelah dilahirkan kembali menerima imamat sederhana. Melaksanakan tugas sebagai nabi, imam, dan raja untuk mewartakan, memimpin dan menguduskan. Wujud ungkapan syukur tak tergantikan dan tak terhentikan akan harapan dan iman.