Di kota sunyi, Jerome berdiri sendiri,
Di mana penduduk menghilang tanpa riwayat.
Langit gelap, mendung menyelimuti,
Misteri menyapa, dengan desiran angin yang menyeramkan.
Langkah Jerome terdengar bergemuruh,
Di jalan yang sunyi, tak ada yang menyambut.
Rumah-rumah kosong, pintu-pintu terbuka,
Hanya sunyi, mencekam dalam malam yang kelam.
Di alun-alun kota, bayang-bayang tikus menari,
Jejak manusia lenyap, tak terlihat dalam pandangan.
Hanya bisikan angin, menggema di keheningan,
Menghantui jiwa, dengan ketakutan yang menggigit.
Agung memandang, dengan mata penuh tanya,
Ke mana mereka pergi, apa yang terjadi di sini?
Tapi jawaban tak kunjung datang,
Hanya kehampaan, merayap di relung hatinya.
Malam merayap, di kota yang mati,
Agung berdiri, sendiri dalam kegelapan.
Dia tahu, dia harus pergi,
Tapi bayang-bayang misteri, merangkulnya dengan ngeri.
Dengan hati berdebar, dia berlalu pergi,
Ditinggalkanlah kota, dengan rahasia yang terkunci.
Namun dalam ingatannya, tetap terukir,
Misteri kota yang sunyi, tempat penduduk menghilang dalam sekejap.
(Kevin Dias Syahputra)
Mojokerto, 05 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H