Eksekusi mati Siti Zaenab dan Karni oleh Pemerintah Arab Saudi juga dianggap sebagai kegagalan diplomasi RI dalam melindungi warganya. Semakin ironis karena pengelolaan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Tanah Air masih sarat masalah.
Pemerintah sendiri juga belum bisa menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri. Di antaranya ketidak-stabilan politik, konflik sosial-agama, ketimpangan ekonomi yang semakin tinggi, naiknya harga kebutuhan pokok, hingga korupsi yang masih mengakar. Beberapa hal inilah yang menyebabkan daya tawar Indonesia menjadi lemah di mata dunia. Bagaimana ingin mengurus keamanan dunia jika kondisi di dalam negeri sendiri seperti itu?
Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukan pemerintah pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Diplomasi Tingkat Tinggi SBY
Million friends zero enemy(sejuta kawan, nol musuh) merupakan sebuah semboyan yang hadir mengiringi kebijakan luar negeri Indonesia era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebuah tag line yang bertujuan untuk menampilkan Indonesia sebagai negara yang mampu menjalin  persahabatan ke segala penjuru (all direction foreign Policy).
Pakar Politik Luar Negeri Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Santo Darmosumarto, pendekatan politik luar negeri SBY melakukan beberapa pendekatan, yaitu; opportunity driven, win-win solution, konstruktif, rasional dan pragmatis, soft powerserta pendekatan personal.
Artinya pendekatan yang dilakukan ini, Indonesia tetap pada ideologinya sebagai negara yang masuk pada gerakan non blok (GNB) namun tetap memberikan keuntungan bagi seluruh negara-negara yang melakukan hubungan kerjasama dengan Indonesia.
Saat itu peranan Indonesia di dunia Internasional dalam rangka membina dan meningkatkan persahabatan dan kerjasama yang saling bermanfaat antara bangsa-bangsa. Realisasinya antara lain aktif dalam keanggotaan ASEAN.
Secara ekonomi, hubungan Indonesia dengan Australia, Timor Leste, Papua Newgini, Selandia Baru, Haiti dan Philipina sangat berarti bagi perluasan pasar produk Indonesia dan juga secara politik akan menguntungkan, sebab peran negara-negara tersebut terhadap eskalasi separatisme sangat besar, terutama Australia dan Papua Newgini di Papua, Timor Leste di NTT, Philipina di Myangas (La Palmas) dan lain- lain.
Indonesia saat itu juga berperan aktif dalam penyelesaian masalah perbatasan. Misalnya perbatasan dengan Malaysia, dan Timor Leste, hingga perundingan dengan Papua Newgini. Dukungan Indonesia kepada Palestina dalam konflik dengan Israel, dipastikan membawa nuansa positif dan penting bagi kinerja politik luar negeri Indonesia yang pro aktif dan high profile dalam usaha turut menciptakan perdamaian dunia.
Kerjasama ASEAN juga terus ditingkatkan. Dalam kerjasama ekonomi internasional, Indonesia terus mengikuti berbagai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) seperti KTT APEC XII, KTT ASEAN, KTT Tsunami dan KTT Asia Afrika. Yang tak kalah penting adalah kunjungan-kunjungan presiden dan wakil presiden ke luar negeri telah menghasilkan berbagai kesepakatan kerjasama di bidang ekonomi, khususnya investasi dan perdagangan.