Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kebijakan Absurd Kemenhub Soal Subsidi KRL Berbasis NIK

30 Agustus 2024   10:26 Diperbarui: 30 Agustus 2024   14:06 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskriminasi Tarif

Tapi dengan membedakan tarif berdasarkan NIK, akan menjadi diskriminasi untuk pelayanan yang sama. Alih-alih mendorong insetif pengguna untuk berpindah menggunakan transportasi umum, justru Indonesia malah ingin melakukan sebaliknya. Dan, apakah penentu kebijakan ini sadar jika waktu transportasi umum ini tidak lebih efisien jika kita menggunakan motor.

Jika harga tarif transportasi umum tidak lebih murah dari kendaraan pribadi, bukan tidak mungkin orang akan kembali beralih menggunakan sepeda motor. Subsidi BBM yang juga akan kembali naik, subsidi pembelian kendaraan listrik akan menjadi naik.

Apa ini memang maksud tujuannya ya?

Jika memang pemerintah benar-benar ingin mengurangi dampak kemacetan dan perlambatan ekonomi akibat banyak orang yang justru menghabiskan waktu hidupnya di tengah jalan. Kan prinsip pemerataan ekonomi adalah mengambil dari yang kaya untuk disalurkan ke yang miskin. Damnn, Robin Hood was right...

Satu-satunya cara yang mendorong semaksimal mungkin pengguna kendaaran pribadi buat pindah ke umum. Bisa berupa:

  • Kurangi subsidi energi BBM untuk orang mampu, mobil-mobil udah ga boleh pakai subsidi
  • Tarif parkir yang tinggi
  • Insentif untuk pengguna sepeda, jangan lajur sepeda malah dihilangkan, katanya mau lebih green
  • Subsidi untuk seluruh transportasi umum, kalau bisa gratis

Iyah, gratis. Transportasi umum yang gratis itu harusnya bisa jadi bentuk hadirnya pemerintah terhadap rakyatnya. Persis apa yang dilakukan pemerintah terkait BPJS, dan kita sangat apresiasi itu. Masa kalah sama bapaknya Bruce Wayne yang bisa memberikan transportasi umum yang gratis di tengah carut marutnya Gotham City.

Buat penentu kebijakan sebelum kalian bertemu dengan pewarta, apakah kalian tahu betapa absurdnya para pejabat yang selalu memberikan statement kerugian perusahaan, atau beban subsidi yang tinggi, sementara kekayaan pejabat kalian justru malah bertambah. Beneran bingung tuh kita.

Akurasi Data NIK

Kita pun tahu dan setuju penyeragaman NIK ini yang akan memudahkan database lebih tepat sasaran jika ingin melaksanakan kebijakan. Tapi di tengah santainya pemerintah saat Pusat Data Nasional bocor, masa rakyat harus langsung percaya terkait penggunaan NIK untuk melakukan diskriminasi tarif.

Kebijakan subsidi BBM Pertalite untuk mobil mewah aja masih tidak jelas, dan masih banyak akurasi data yang masih diragukan apakah semakin membuat ruwet tarif KRL jika diberlakukan.

Dan, bagaimana nasib para pencari rezeki pengguna KRL yang berada di miles terjauh, para pekerja dari Rangkasbitung, Cikarang, Bogor yang harus membayar tarif lebih tinggi karena extra miles? Jika tarif semakin tinggi apakah tidak membuat para pekerja ini semakin memupus harapan pemerataan ekonomi ke daerahnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun