Tetapi kita tetap terpacu untuk sebisa mungkin pemenangnya bisa hadir, kekecewaan besar ketika kita tahu pemenangnya tidak bisa akhir adalah rasa antiklimaks dari sebuah perayaan penghargaan.Â
Kalian bisa rasakan sendiri, bagaimana seorang pemenang harus diwakilkan. Rasanya aneh.
Hal inilah yang membuat saya tidak mungkin melewatkan kesempatan, sebisa mungkin saya harus bisa menghadirkan seorang peraih Kompasianer of The Year setiap tahunnya, tapi dengan catatan saya tidak dapat memberi tahu jika dia akan meraih penghargaan tertinggi tersebut. Tricky ya.
Beberapa sih mungkin paham dengan taktik saya, tapi seingat-ingat selama prosesnya, saya harus membohongi semua pemenangnya agar mereka tetap hadir.
Saya ingat betul harus membohongi mbak Yayat dengan alasan akan mengajak dia untuk memberikan penghargaan sebagai perwakilan dari Kompasianer, cara yang sama saya gunakan untuk mengundang mas Zulfikar Akbar.
2018 ini yang paling tricky, tapi semesta yang membantu prosesnya. Mas Giri Lumakto berdomisili bukan di area Jakarta, bagaimana bisa saya harus meminta kesediannya, sementara kita tidak bisa juga menyiapkan dana buat akomodasi hingga transportasi.Â
Ndilalah, mas Giri ternyata memang sudah meniatkan untuk hadir, benar-benar sebuah keajaiban. Persiapannya jauh lebih mudah karena tidak mungkin mas Giri akan pulang lebih awal, beliau pasti menyempatkan untuk mengikuti sampai akhir sesi Kompasianival.
2019 Mas Agung Han adalah salah satu punggawa yang aktif dengan berbagai komunitas, dengan rasa percaya diri saya yakin mas Agung Han bisa stay sampai akhir.
2020 hingga 2021, sedikit tricky juga karena mbak Gaganawati berada di luar Indonesia dengan timezone yang berbeda pula, saya harus bisa memastikan mbak Gana bisa hadir, walaupun saat itu sedang winter, mbak Gana harus tampil lengkap dengan coat pula. Saat itu saya bilang untuk memberikan sambutan perwakilan dari Kompasianer. Ehehe.
Dilanjut pula yang saya sangat terharu, ketika mbak Dewi Puspa pecah tangis haru, entah kesal karena saya tipu atau memang sudah speechless karena penghargaan tertinggi yang ia bisa raih. Tapi rasa haru itu memang tembus ke hati yang mengurusi Kompasiana Awards kala itu, padahal secara daring.
Dan, yang paling terkini saya harus sedikit menipu Andri Mastiyanto dengan bertanya terkait keikutsertaan merusuh di Kompasianival karena memang sudah kebiasaanya, yang berkat konsistensinya di Kompasiana hingga kini diganjar dengan penghargaan tinggi sebagai Kompasianer ini. Bahkan saya harus berkali-kali celingak-celinguk memperhatikan apakah dia pulang atau masih stay.