Tapi, yang membuat semakin miris, beberapa pendulang yang saya tanyakan tidak tahu dimana persis Intan kebanggaan mereka tersebut. Beberapa pendulang menyebutkan jika Intan sudah masuk pasar illegal, ada juga yang menyebut sudah ada di Belanda. Karena pada saat itu Intan Tri Sakti tidak dijual oleh para penemunya, tapi diserahkan kepada Presiden Soekarno. Atas jasa tersebut, para penemu dijanjikan akan diberikan penghargaan berupa ongkos naik haji dan juga seluruh 7 turunan dijanjikan akan ditanggung kesejahteraannya.
Tapi, hingga saat ini kesejahteraan yang dijanjikan tidak pernah sampai kepada turunannya saat ini, yang tetap saja harus mendulang dengan cara tradisional.
"Jika ada bantuan dari pemerintah, sampai di kita cuma sedikit mas, terlalu banyak saringan. Yang diserahkan berapa, yang sampai kita bisa cuma berapa"
Oh ya, mas Dhanang Dhave juga sempat mendapatkan cerita salah satu pendulang yang mendapatkan batu bacan (saya lupa tipenya apa), batu yang ditemukan langsung disita oleh petugas, karena tidak memiliki surat. Tapi batu tersebut dipotek, dibagi dua dan petugas ambil setengahnya. Setengahnya lagi dipegang penemu batu tersebut. BAZINGAN!
Ketika tahu saya dari Jakarta, keturunan keluarga tersebut menitipkan pesan untuk menyampaikan salam kepada Presiden Jokowi untuk mencari tahu nasib intan Tri Sakti, dan juga jangan mengabaikan lagi keluarga mereka yang sudah berjasa untuk negara.Â
Yo, wis saya sampaikan melalui tulisan. Siapa tahu pak Presiden baca tulisan saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H