"Wah, pak kemaren banyak pak... Badannya gede-gede, mungkin dari Ambon gitu ya pak. Enggak gendut pak, badannya gede kalo dibacok enggak mempan kali tuh pak"
Sedikit serius saya memerhatikan cerita si bapak, jika orang gede-gede ini ditawari secara serius untuk berada di tim Go-jek. Bukan menjadi driver tentunya, dengan bayangan bentuk badan yang kotak-kotak ala Ade Rai saya konfirmasi cerita si bapak dengan menanyakan profesi apa yang ditawarkan, dalam bayangan saya tentu semacam Algojo, Eksekutor. Si bapak sedikit membenarkan kumpulan orang gede ini direkrut sebagai pengawas yang disebar layaknya intel, bukan untuk menghabisi secara membabi buta para tukang ojek konvensional, hanya mengawasi jika ada yang menganggu para driver Go-jek ketika bertugas.
Tentunya hal ini menjadi rahasia umum, di beberapa sudut kota Jakarta hal ini tentu menjadi cerita yang cukup biasa. Para Algojo ini memang bertugas untuk mengawasi beberapa wilayah milik tuan tanah, siapa yang berani macam-macam akan berurusan dengan para tukang jagal ini.
Saya pun tak mau berkomentar banyak terkait cerita semacam ini, Indonesia ini negara hukum, hukum yang mana kita tidak tahu. Hukum pengadilan hanya berlaku untuk warga yang tidak mengerti bagaimana harus "bermain" di dunia ini. Kadang hukum rimba bisa saja menjadi solusi, tergantung siapa yang mau dihukum.
---
Artikel ini diketik menggunakan smartphone dari china seharga satu jutaan. Mau ngetes aja via mobile yang kata Kompasianer sering error, padahal di saya lancar.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI