Mohon tunggu...
Kevinalegion
Kevinalegion Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full Time Family Man

Get along between Family and Food!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

OneDayTrip: Ngider-ngider di Kota Bandung

21 Juni 2015   17:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:13 2724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tips buat menghindari Helm yang mungkin agak berbau karena namanya juga motor rental, tips dari saya bawa apparel motor seperti sarung tangan, masker balaclava sendiri agar tetap nyaman. 

***

Jujur, kita berdua buta banget yang namanya jalan di kota Bandung, yang saya tahu hanya jalan di Buah Batu karena ada keluarga yang kebetulan tinggal disana. Jadi, sebagai bocah masa kini yang getol dengan internet lagi-lagi memanggil bantuan paman gugel, bermodalkan apps Google Maps jadilah kita keliling diarahkan aplikasi punya om gugel tersebut. Destinasi awal tentunya daerah Dago Atas karena yang saya tahu cuma ini lokasi wisata yang paling trend di Bandung, meluncurlah langsung. Berhenti di gerai minimarket karena pada saat itu Bandung lagi panas-panasnya sekaligus tanya-tanya ke abang-abang parkir lokasi mana yang asik buat dikunjungi, dijawablah ke Tebing Keraton aja a'... Wahahaha, seketika rada males-malesan ketika dikasih pilihan ke lokasi itu, karena buat Kompasianer aja lokasi ini, lokasi paling mainstream yang ada di rubrik travel Kompasiana. Gara-gara boncenger yang kadar kurang pikniknya sedang memuncak langsung jawab dengan semangat "Mau... Mau... Mau..." tanpa pikir-pikir lagi.

Lokasi ini sebenarnya lumayan terpencil dan apps om gugel sepertinya juga cenat-cenut nyari sinyal akhirnya terpaksa juga menggunakan teknologi Tatang (Tanya-tanya Akang) yang ada di sekitar Dago Atas, dan ternyata mudah karena ada beberapa tanda jalan yang mengarahkan wisatawan mengunjungi lokasi ini. Tapi jangan berharap jalur yang dilalui mulus bagaikan kulitnya kristi jusung, tapi jalannya mirip dijahyellow rata di badan gradakan di akhir, Hahaha...

Menuju Tebing Keraton sebenarnya tidak terlalu jauh, menurut penduduk sekitar hanya berjarak sekitar 5KM dari pinggir kota, tapi ya namanya jalan-jalan, banyak-banyak berhenti lalu selfie menjadi ritual paling wajib anak muda masa kini. Oh ya, sebelum menuju Tebing Keraton, tak ada salahnya mampir terlebih dahulu di cafe D'Pakar, cafe ini berada di satu jalur menuju lokasi, mungkin juga karena semakin banyaknya pengunjung yang melewati jalur ini, maka muncul lah, cafe ini di tengah-tengah bukit dago. Tapi jangan harap akan menemui makanan khas ataupun makanan spesial ala Bandung, walaupun lokasi ini enjoy-able dan selfie-able, makanan disini sangaaaat biaasyaaa. Setidaknya mampir sejenak mengisi perut, menikmati pemandangan bukit sambil menikmati segelas es teh manis menjadi tombol refresh paling mujarab buat si eneng.

Makanan disini bukan untuk dimakan, tapi kebanyakan cuma buat difoto, Hahahaha. 

Beruntung makanan disini tidak dihargai dengan mahal, harga standar amanlah kantong, setelah nyemil-nyemil cantik kita lanjutkan perjalanan lagi, menurut informasi dari bapak penjaga parkir di cafe, lokasi sudah tidak terlalu jauh hanya berkisar 3KM lagi, si bapak cuma berpesan untuk berhati-hati karena jalurnya lumayan hancur. Sebenarnya saya agak malas untuk datang ke Tebing Keraton, kenapa? Sekali lagi deh, karena lokasi ini lokasi wisata yang paling mainstream yang ada di dunia digital, apalagi di Kompasiana mungkin sudah puluhan tulisan yang terpublish di blog keroyokan ini.

Kira-kira 15 menit perjalanan, kita sudah tiba di gerbang yang mengarahkan lokasi wisata ini. Di gerbang ini semua pengunjung akan disambut dengan tawaran hangat dari akang ojek yang siap mengantarkan wisatawan menuju tebing. Bagi yang membawa mobil, ini pemberhentian terakhir anda, silakan pilih mau menggunakan jasa akang ojek atau berjalan kaki yang kira-kira akan menghabiskan 2KM perjalanan, saran saya pilih ojek karena perjalanan menuju lokasi akan cukup melelahkan dengan mendaki tanjakan dan batu-batu ditambah dengan jauhnya lokasi, tapi jangan harap Go-Jek dengan paket ceban ramadhan jika disini, karena tarif akan dipatok cukup lumayan bisa mencapai 50 ribu rupiah untuk sekali jalan. Maka dari itu, beruntunglah saya yang lebih memilih untuk sewa motor dari stasiun, Hehehe. Ada tapinya, menuju lokasi ini didominasi oleh tanjakan lengkap dengan batu-batuan, buat yang masih belum mahir mendaki dengan menggunakan motor saya sarankan jangan nekad, Sooombooongg!

Hahaha, Tapi ini serius saya tergolong yang cukup nekad mendaki tanjakan batu-batu hanya dengan menggunakan motor automatic disaat pengojek disini merubah ban mereka dengan ban garuk tanah, jalan yang cukup terjal malah saya baru sadari setelah perjalanan turun.

Tiba di lokasi, sebaiknya parkir kendaraan kamu di warung atas karena terlihat lebih aman, hanya terlihat ya. Masuk ke gerbang silakan siapkan uang 11 ribu rupiah untuk biaya masuk, tenang sudah berikut asuransi, jadi ketika kamu jatuh dari tebing atapun kamu kesandung sehingga tebing longsor biaya asuransi sudah dicover, Haha, Horrroor.

Karena lokasi ini sudah sangat mainstream, menurut saya sangat tidak worth it ketika kamu harus berjalan kaki mendaki untuk ke lokasi ini. Lokasi ini hanya memiliki satu spot yang sangat bagus untuk befoto ria, sisanya bisa dikatakan anda sedang berwisata ke kebonnya kong haji yang lagi ngangon sapi. Jadi, sebaiknya anda mempersiapkan terlebih dahulu untuk menyewa sepeda motor untuk ke lokasi ini, selanjutnya terserah anda silakan mengeksplorasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun