Mohon tunggu...
Ketut Prasadan
Ketut Prasadan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 Teknik Industri Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia Stop Ekspor Sumber Daya Alam Mentah, Mulai Industrialisasi dan Hilirisasi

5 Juli 2022   23:54 Diperbarui: 6 Juli 2022   00:26 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain pada sektor tambang, larangan ekspor juga dilakukan di sektor perkebunan. Komoditas yang menjadi unggulan dan yang paling dicari oleh dunia, yaitu minyak kelapa sawit atau CPO (Crude Palm Oil), yang merupakan bahan dasar minyak goreng. 

Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia disusul oleh Malaysia. Meski begitu, negara-negara luar lebih memilih untuk ekspor dari Indonesia dikarenakan harganya yang relatif lebih murah dari Malaysia. Indonesia sempat mengalami krisis ketersediaan minyak goreng nasional sehingga harus melakukan penghentian ekspor sementara di pertengahan 2022 lalu.

Walaupun pada sektor perkebunan, industri ekspor minyak kelapa sawit dan kopi sudah berjaya, namun komoditas lain seperti karet masih kurang berkembang dan perlu dilakukan industrialisasi dan hilirisasi gencar-gencaran. Indonesia merupakan penghasil karet alam terbesar kedua di dunia. 

Menyadari potensi yang besar tersebut, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan nilai komoditas karet mengingat kebutuhan akan karet alam di dunia terus menurun disebabkan oversupply.

Pada tahun 2019 tiga negara Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang tergabung dalam ITRC sepakat untuk mengurangi ekspor karet alam untuk meningkatkan harga komoditas tersebut. Indonesia sendiri mulai memanfaatkan karet alam dalam berbagai inovasi salah satunya sebagai salah satu bahan pembuatan aspal.

 Dengan begitu, komoditas yang menjadi salah satu penyumbang devisa nasional dengan tenaga kerja sebanyak 60.000 orang ini dapat bertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun