Mohon tunggu...
KKN 111 KEBOIRENG
KKN 111 KEBOIRENG Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA (PERIODE 11 JULI-25 AGUSTUS 2023)

Pemberdayaan adalah soal nurani, bukan kalkulasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

FONO: Si Toxic Positivity

27 Juni 2021   02:28 Diperbarui: 27 Juni 2021   06:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nggak sih lo selalu berusaha buat pura-pura nggak papa, padahal sebenernya lo lagi kenapa-kenapa?

Yups! Gua yakin pasti banyak banget yang sering ngelakuin hal itu. Entah karena kita nggak pengen orang tau dan jadi banyak tanya tentang masalah yang lagi kita hadepin, atau karena kita nggak mau aja sampek dipandang lemah dan bikin orang iba sama diri kita.

Lo tau nggak? Ternyata kalo kita sering sembunyiin emosi negatif atau perasaan nggak nyaman kita cuma biar kelihatan baik-baik aja di depan orang lain, bisa jadi kita lagi terjebak dalam fenomena FONO loh.

Mungkin udah banyak orang yang familiar dengan kata ini, tapi kita coba akan bahas secara sederhananya aja yah. Jadi, FONO alias Fear of Negativity Outlook adalah sebuah ketakutan yang ada di dalam diri seseorang untuk terlihat buruk di hadapan orang lain. Misalnya, yang lagi kita rasain adalah sedih, setress, marah, merasa gagal, dan lemah. Tapi yang kita pikirin malah omongan orang, semacam:

-Nanti gua dikira nggak becus ngurus sesuatu

-Nanti gua dikira lemah banget jadi orang

-Dinilai nggak sanggup kontrol emosi

-Dibilang baperan

Dan masih banyak lagi. FONO selalu fokus pada what people think? tapi lupa sama what do we think and feel?. Karena terlalu mikirin omongan orang, jadi kita maksain banget untuk always baik-baik aja dan selalu minta pada diri sendiri untuk tetap semangat dan nggak boleh berhanti.

Hey, diri gue sendiri dan lo yang lagi baca ini!

Come on! Untuk jadi bernilai dan berharga dimata manusia nggak harus semaksain itu kok. Tapi apa sih yang bisa bikin orang jadi FONO?

  • Overthinking

Yups! Overthinking bikin kita jadi mikirin banyak hal tentang pandangan orang ke diri kita yang belum tentu bakal jadi nyata. Hal inilah yang bikin kita jadi kelewat perduli sama orang lain, mentingin orang lain daripada diri sendiri. Semacam ngelakuin cara untuk mengantisipasi sebelum pikiran- pikiran buruk kita benar-bener jadi kenyataan.

  • Super fokus untuk tampilin image bahagia dan positif (jaim)

Tampil bahagia, ceria dan selalu positif memang hal yang baik dan bagus banget buat dilakuin setiap orang. Tapi kita juga harus sadar kalo menutupi emosi yang lagi kita rasain, justru bisa berakibat nggak baik buat kesehatan mental kita. Harusnya kita lebih mendahulukan kesehatan kita kan daripada penilaian orang? Jadi, please yuk kita belajar buat lebih nerima diri dan perasaan kita secara seutuhnya. Sesekali nggak papa kok untuk jadi nggak baik-baik aja.

  • Terjebak "Achievement Treadmill" 

Achievement treadmill yaitu sikap haus akan pencapaian yang membuat kita ingin selalu terlihat sempurna dan terus menyangkal adanya keraguan di dalam diri kita sendiri. Pengen punya banyak pencapaian dan menjadi sempurna itu bagus, bagus banget malah. Tapi jangan sampek terlalu maksain dan malah nggak ngasih dispensasi buat diri sendiri ngelakuin kesalahan. Kesalahan, kegagalan, sedih dan kecewa it's normal. Jadi ya nggak papa kalo nggak selalu terlihat baik-baik aja. Namanya juga manusia.

Setelah beberin tentang apa aja penyebab FONO, sekarang kita bakal bahas apa sih dampak dari FONO? Ini dia beberapa diantaranya:

  • Kita jadi takut banget sama "kegagalan"
  • Kita jadi ragu untuk berpendapat
  • Kita jadi ngerasain sedih karena terlalu banyak pendam perasaan
  • Kita jadi kurang rasa empati sama orang lain
  • FONO bisa ganggu kesehatan mental, karena ketika pikiran kita coba buat gagalin emosi yang berlebihan, otak kita bakal kasih tekanan ke pikiran dan tubuh kita yang bisa nimbul tekanan pada psikologis kita. Bukan cuma itu, ternyata nahan emosi juga bisa nimbulin masalah fisik, kayak: penyakit jantung, masalah usus, sakit kepala, insomnia, dan gangguan autoimun.

Ngeri banget kan, Guys!

Biar lo, gua dan kita semua nggak terkecoh sama hal positif yang toxic ini, yuk mulai coba untuk latih diri sendiri:

1. Nggak menyangkal emosi negatif yang muncul dan let it go

Coba terima semua perasaan yang kita rasain, entah  positif atau negatif. Sadari adanya semua perasaan itu dan coba terima mereka. Jangan sangkal perasaan negatifnya, tapi rangkulah emosi itu. Caranya bisa dengan ngasih afirmasi positif kayak "emosi ini adalah suatu luapan yang normal dan wajar, setiap manusia juga pasti akan mengalaminya, dan gua pasti bisa mengekspresikan emosi ini".

2. Inget- inget your inner strength (kekuatan terdalam yang ada pada diri)

Jhon Roger pernah berkata "Kita harus membangunkan diri kita pada kekuatan dan keindahan yang hidup di dalam diri kita sendiri". Saat kita tahu apa kekuatan kita, maka kita bisa memilah-milah hal apa yang kita inginkan dalam hidup. Tentang diri kita sendiri, bukan tentang orang lain.

3. Curhat sama orang terdekat atau profesional

Bagus banget kalo kita bisa berbagi masalah-masalah yang kita alamin sama orang lain. Karena hal itu bakal buat kita jadi lega dan sedikit lebih ringan bebannya.

4. Nulis jurnal

Nulis jurnal bisa bikin kita jadi fokus pada emosi dan rasa syukur, bikin kita jadi sadar kalo beberapa momen terbaik dalam hidup kita memang terjadi melalui berbagai macam emosi. Hal itu ternyata bisa ngilangin stress loh. Jadi let's try it together!

Terakhir, "Want to be happy? Stop trying to be perfect." -Brene Brown

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun