Awal pekan ini, Kompasiana menggelar acara Bank Indonesia Nangkring Webinar Bareng Kompasianer dan Mahasiswa. Kegiatan yang terbilang inovatif ini, menjadi kesempatan bersua sesama Kompasianer.
Dan  bagi mimin Ketapel, cukup dibuat kagok karena mengkoordinir Teman Ketapels secara virtual (alias tidak bertatap muka).
Namanya bahasa tulisan, sangat berbeda dengan bahasa lisan atau audio. Apa yang disampaikan (melalui tulisan), bisa saja ditangkap lain oleh yang membaca.
Apalagi di WA Group, terkadang yang berkomentar aneka rupa. Alhasil informasi penting tenggelam, yang membaca belakangan kelewatan jauh dibanding yang menyimak dari awal.
Tapi mimin belajar berprasangka baik, bahwa apa yang terjadi sekarang adalah keniscayaan yang musti dihadapi.
Bahwa senang tidak senang, menerima atau menolak, kita yang musti menyesuaikan dan mengikuti perkembangan jaman.
Serunya Bank Indonesia Nangking WebinarÂ
Teman Ketapels sendiri, sudah siap di depan handphone dan laptop masing-masing, dari setengah jam sebelum acara dimulai. Beberapa teman mulai "berisik" menanyakan link, untuk mengikuti live streaming.
Mimin yang berusaha sabar dan tenang, menanggapi dengan joke biar tidak terlalu tegang.Â
"Ya, kalau link belum ada terus yang dibagi nggak ada kan" .
Mendekati jam 14.00 (sesuai jadwal di pengumuman ), alhamdulillah link dibagikan admin Kompasiana di diteruskan mimin.Â
Dan keriuhan di WAG mereda, Teman Ketapels mulai focus di acara Webinar.
Dan mimin perhatikan, antusias peserta cukup tinggi. hampir 400 orang, di waktu yang sama menyimak live streaming.
Mimin tercerahkan sebagai individu, untuk turut serta dalam menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dengan cara tidak over optimistis.
Setiap punya penghasilan jangan dihamburkan, kemudian jangan dengan mudah ambil utang yang sekiranya di luar batas kemampuan.
Karena kita tidak tahu keadaan di hari depan, dan kalau kita menunggak pembayaran utang, maka Bank juga akan ketar- ketir.
Satu hal sangat related, ajakan bu Ita untuk tetap kreatif di kondisi sulit sekalipun. Bahwa era digital saat ini, memudahkan kita untuk berjualan apa saja dengan kendala yang bisa dimanage.
Saat sedang WFH atau Stay at Home, kita bisa berjualan secara online, kemudian melakukan pembayaran secara online dan mengirim barang melalui jasa pengiriman.
Secara kenyataan kita tetap di rumah, mematuhi anjuran pemerintah, kemudian tetap menjaga social distancing.
Tetapi kita tetap bisa menambah penghasilan, tanpa berinteraksi secara fisik dengan konsumen yang berbeda tempat.
Usaha yang sudah berjalan empat tahun ini, terdampak juga dengan adanya covid-19. Tapi Gina tak patah arang, lebih kreatif melakukan penjualan secara online.
Sementara agar tidak mem-PHK karyawan, Gina memangkas budget promosi dan  mengganti promosi secara mandiri.
Gina sendiri yang menjadi model untuk hijabnya, kemudian pada bulan Ramadan melakukan penjualan melalui IG Live.
Perempuan yang terkenal dengan karakter jeng kelin di sebuah acara komedi ini, mengaku bahwa cara ditempuh ternyata cukup ampuh.
Selain bisa menunaikan kewajiban membayar gaji karyawan, tetap bisa membayarkan THR menjelang datangnya hari raya Idul Fitri lalu.
Sontak, sikap Gina mendapat dukungan Teman Ketapels. Mimin memantau kolom komentar, yang penuh pujian dan salut.
Di ujung acara ada penampilan Kevin Aprilio dan Widi Vierratale, yang menghibur Teman Ketapels dengan nyanyian memanjakan pendengaran.
Setelah sebelumnya, acara Nangkring Bank Indonesia (yang offline, seingat mimin) diadakan tahun lalu di Musium Bank Indonesia di Kota Tua.
Berharap, setelah ini ada webninar yang lain. Sukses untuk Kompasiana.
Ketapels Silaturahmi Berbagi Inspirasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI