Sebentar lagi (bulan Maret), warga ibukota dan sekitarnya akan menikmati Mass Rapit Transit (MRT). Moda transportasi terpadu, diyakini memangkas waktu tempuh dan solusi atasi kemacetan.
Setelah MRT beroperasi, segera menyusul Light Rail Transit/Lintas Rel Terpadu (LRT), kereta api penumpang beroperasi di kawasan perkotaan dengan konstruksi ringan, bisa berjalan bersama lalu lintas lain dalam lintasan khusus (trem).
Ketapels (kompasianer Tangerang Selatan Plus), turut hadir dalam 'FGD Pembangunan LRT untuk Siapa?" di kantor Kompas Gramedia (13/2).
Acara yang diadakan KemenHub Dirjen Perkeratapian dengan Warta Kota ini, juga dihadiri Komunitas pecinta Commuter Line (CLIK) dan komunitas Mahasiswa pengguna Kereta UNJ.
Menurut Ir. Zulfikri, dari Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, bahwa kota dengan jumlah penduduk 1 juta idealnya sudah memiliki LRT, hal ini diperlukan guna mempermudah pergerakan manusia di kota tersebut.
Namun, mewujudkan LRT perlu usaha keras, terkait pembebasan lahan adalah PR yang paling menantang, selanjutnya Investasi paling besar pada pembangunan stasiun dan depo.
Nantinya, Â LRT sanggup mengangkut 26 ribu penumpang sekali jalan, dengan waktu tempuh 36 menit dari depo Cibubur menuju depo Dukuh Atas.
Harga tiket dipatok terbilang wajar, yaitu 12.000/perjalanan sudah termasuk subsidi (harga non subsidi Rp 40.000), dengan jam operasional 04.00 -- 23.00.
Secara keseluruhan memang belum rampung, namun diperkirakan rampung pada April 2021.
Dengan dikerjakan proyek LRT ini, akan terintegrasi dengan moda transportasi lain (MRT, Commuter Line), untuk mengurai kemacetan di Ibukota.
Ketika waktu tempuh tidak lagi menjadi kendala, maka secara otomatis kualitas kehidupan akan meningkat dan tingkat stres di jalan bisa diatasi.
Pekerja di ibukota yang ditinggal di kota penyangga, akan memiliki lebih banyak waktu, untuk berkumpul dengan keluarga di rumah.
Berangkat kerja tidak terlalu pagi, kemudian pulang juga tidak terlalu larut, punya waktu mengantar anak sekolah dan bermain.
Bukan mustahil, bahwa kehadiran LRT akan melahirkan budaya baru bagi kaum urban, dan lama kelamaan akan menjadi sebuah peradaban.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI