Mohon tunggu...
Kesya Agnes Maria
Kesya Agnes Maria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

~ Keysa ~ Saya adalah lulusan akuntansi keuangan. Karena saya menyukai analisis keuangan, jadi mari kita belajar bersama. #AnalystWannaBe

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bandarmology: Don't Be Greedy

1 September 2023   11:53 Diperbarui: 1 September 2023   21:45 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar 2. Proses Cancel. Sumber: Filbert (2021).
Gambar 2. Proses Cancel. Sumber: Filbert (2021).

Gambar 3. Kondisi Sesudah. Sumber: Filbert (2021).
Gambar 3. Kondisi Sesudah. Sumber: Filbert (2021).

Trik ketiga tapi mungkin udah agak sulit buat dilakuin, namanya ngikutin investor asing. Kita tahu, bahwa investor asing masih mendominasi investor domestik, jadi pengaruh investor asing masih besar di Indonesia. Jika investor asing ingin membeli saham, maka jumlah permintaan akan meningkat, menyebabkan harga saham semakin tinggi. Sebaliknya, waktu investor asing mau cabut, maka saham akan dilepas, jumlah penawaran meningkat, maka harga saham akan turun. Logikanya, sebagai trader, kita akan jual atau beli saham ngikutin investor asing, atau istilah kerennya dinamakan herding behavior. Herding behavior akan menimbulkan spekulasi, dimana trader tidak akan menganalisis lagi, namun mengikuti pola jual beli investor asing. Ga asyik ah! Nah, untuk menghindari hal ini terjadi, maka sejak Senin, 27 Juni 2022, BEI memberlakukan penutupan kode domisili investor secara real time (Bisnis, 2022). Tenang aja habis penutupan jam bursa kode ini tetep bisa diliat kok, cuma emang ga bisa real time, jadi nggak bisa adu copet deh di jam bursa. Cerita dari temen analis sih, pola akumulasi dan distribusi nggak mungkin terjadi cuma sehari jadi yaa trik ini masih bisa dipake cuma emang nggak seefektif dulu aja.

Trik keempat, pahami dan tiru pola bandar. Bandar punya dua fase, namanya akumulasi dan distribusi. Prinsipnya sederhana, timbun barang, terjadi kelangkaan, harga naik, jual. Yak, bisa sesimple itu buat ngecuan! (kalo ada duitnya huehe...)

Kayak namanya, akumulasi itu fase dimana bandar mengumpulkan saham. Pola akumulasi memiliki dua ciri, yaitu jumlah penjual lebih banyak dibandingkan jumlah pembeli dan aktivitas beli lebih banyak dilakukan daripada aktivitas jual, sehingga average buy akan melebihi average sell. Namanya juga kulakan, biar bisa dapet barang, pembeli pasti akan membeli dari banyak sumber, that’s why jumlah penjual akan melebihi jumlah pembeli. Kalo dipola distribusi sebaliknya dong, waktunya bandar jual ke pasar. Dalam fase ini, jumlah pembeli akan lebih banyak dibanding jumlah penjual dan aktivitas jual melebihi aktivitas beli, sehingga average sell akan lebih besar dari pada average buy.

Buat jalainin dua pola ini, bandar akan membentuk sentimen pasar, dengan menghembuskan berita-berita. Waktu fase akumulasi, bandar butuh beli saham dalam jumlah banyak, tentu kita selalu pengen beli barang dengan harga murah. Gimana caranya biar harga saham bisa turun? Yup! Hembuskan kabar yang kurang sedap, misalnya penurunan peringkat efek, niscaya harga saham akan ngedown. Kalo pas mau jual gimana? Ya kita pasti pengen ngecuan sebanyak-banyaknya, jadi harga jual harus tinggi. Bandar akan bikin berita-berita yang membuat pasar optimis, mungkin seperti isu akuisisi.

Loh, Ce, jadi, berita-berita itu semua bikinan bandar dong. Berarti aku harus mengambil langkah berlawanan, misal ada berita positif, maka aku harus jual sahamnya? Hmm... Aku nggak bilang gitu juga sih. Aku inget dosenku pernah cerita, laporan keuangan aja nggak cukup buat mengevaluasi perusahaan, diperlukan informasi di luar laporan keuangan, makanya disebut pelaporan keuangan. Jadi berita-berita itu nggak sepenuhnya salah, tapi kita harus berhati-hati dalam memilih pemberitaan, mana yang fakta, mana yang tujuannya buat nggoreng doang.

Cara taunya, Ce? Lakukan apa yang saya lakukan dan jangan lakukan apa yang saya katakan. Kalo ada berita negatif, terus harga saham turun, tapi ada akumulasi, berarti ada kejanggalan kan? Loh pasar lagi pesimis, kok malah sahamnya dibeli besar-besaran? Atau sebaliknya, sentimen pasar lagi positif, harga saham naik, kok ada distribusi atau penjualan besar-besaran. Nah, pada waktu itulah bandar sedang bermain.

Wajarnya, kalau harga saham lagi naik itu terjadi fase akumulasi. Jika kita menemukan fase distribusi waktu harga saham lagi naik, berarti selanjutnya, harga saham akan jatuh, kita harus segera jual saham kita. Kalau harga saham lagi turun, itu seharusnya terjadi fase distribusi, tapi kalau malah terjadi fase akumulasi, berarti kita harus beli saham tersebut.

Trik kelima adalah hati-hati. Baik sebagai trader maupun sebagai bandar, kita tidak boleh serakah. Sebagai trader, kita akan berusaha meniru perilaku bandar, tapi ini nggak boleh ketahuan. Kadang terjadi pola akumulasi dan distribusi berbentuk anak tangga. Saat tersebut bandar sedang berusaha melukis pola. Pas terjadi pola ini, jangan mentah-mentah ngikutin apa yang dilakuin bandar. Misalnya, bandar akumulasi, kita tunggu beberapa saat dulu, baru kita akumulasi juga. Cara yang sama berlaku untuk distribusi. Kalau kita langsung mengikuti apa yang dilakukan bandar, bisa jadi bandar malah batalin transaksinya, dan boom! Kita udah terlanjur masuk atau keluar pasar.

Sebagai bandar juga nggak boleh serakah. Kita tahu bandar pasti punya banyak uang, dan bisa aja dia beli saham sampai langka banget dipasaran dan harganya jadi melambung tinggi, tapi kalau mereka “greedy,” maka hal ini akan terdeteksi oleh market maker lain dan mereka akan menggagalkan skenario bandar. Jadi bandar perlu untuk menciptakan pergerakan naik dan turunnya harga saham, sambil menjaga arah tren tetap naik dengan wajar. Inilah yang dinamakan sebagai maintenance harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun