Daripada merugi ya mending saya babat habis saja lagi ini cabai merah, he-he-he. Itulah gunanya backup plan. Backup plan..., emang sudah sudah saya rancang diawal. Saya nanam pepaya duluan di tanah bagian bawah, karena target saya pepaya panen di bulan ke enam setelah tanam. Lalu saya suruh pekerja saya nanam cabai merah puluhan ribu batang disela bedengan pepaya. Cabai merah adalah tanaman prioritas saya. Sedangkan bagian atas, saya tanam lagi pepaya sekian ribu batang. Dan tanaman selanya, adalah cabe rawit setan dan cabe rawit kampung. Dan seperti yang saya perkirakan. Ketika harga cabai merah anjlok, di bulan ke 4 dan ke lima setelah tanam, saya sudah puncak panen hingga petikan ke puluhan kali periode pertama. Pabila tidak memungkinkan untuk menggenjot masa panen, akibat harga fluktuatif atau hama dan keadaan lingkungan yang tidak mendukung seperti karyawan yang banyak gaya alias betingkah. Maka saya bisa fokus kepada tanaman saya yang baru mulai produktif, yaitu ; pepaya merah delima, cabai rawit setan dan cabe rawit kampung. Yang jelas ajaah diperjelas Bray.
Menurut saya, sejak awal menanam cabai memang sudah membutuhkan perawatan ekstra, mulai proses pembuatan bedengan, pembibitan dan seterusnya. Itu modalnya dah ratusan juta lah. Dan selalu nanam. Cuman ya. Saya tu selalu kendala di sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang banyak-banyak tingkah tu ya, pasti saya buat mundur teratur. Saya banyak tingkah pulak. Pokoknya saya ga mau pusing karena orang. Ini skala bisnis, bukan soal hobby-hobiian getwo. Bukan yang nanam satu sampai lima bedeng doang. Saya terus terang aja setiap bisnis saya dimulai, dalam perjalanan waktu saya pasti akan bilang ini. "Hay, hellow, ini bukan panti sosial, ya Bray! Yang bisa seenakmu deweh!".
Kan? Ga lucu, kalo kita malah dibuat pusing oleh orang-orang yang bekerja pada kita. Harusnya kita senanglah, kita bawa orang kerja buat kita senang, dan tenang. Ini enggak, ada pekerja saya baru sebulan datang bekerja, dah pengen beli Honda didiit diidiit. Ha-ha-ha. Saya sejujurnya kecewa dengan mental manusia yang sifatnya konsumtif, ga bisa membedakan keinginan dan kemauan. Ga tau mana yang prioritas. Ha, ada lagi, teknik nya aja yang banyak, action ga ada. Cerita doang. Cari muka ajah, wkwkka. Ga sampai tiga minggu, umurnya tu. Akhir-akhir ini..., saya salut sama suami, sudah bisa sekeras saya, woyy. Ga disangka-sangka, pas saya sedang menjemput anak sekolah, mendadak dia datang ke kebun tanpa saya. Telpon seluler saya berdering, "Mah, si A sudah papah suruh pergi, banyak bicara aja dia, ga kan orang pulak mempersulit pikiran kita dow", katanya". Waah. Asli saya tersenyum dan bilang..., "Ini keputusan terpopuler abad ini. Tumben, bagus kamu sekarang, secara kamu ga pernah pecat orang, selalu aku yang muak duluan. Biasanya kayak panti sosial...., asal ada imigran-imigran lokal ga jelas datang minta kerja, pasti kamu tampung!".
Begitulah, sdm kita rendah, banyak gaya, kerja ga kerja 1500. Berbeda kalo masalah harga. Masalah harga itukan pasti turun naik. Yang penting nanam dulu, kalau enggak nanam enggak mungkin bisa panen. Saya tekankan waktu itu sama pekerja saya, jika memang ingin serius menjadi petani cabai saya, ya harus serius bekerja. Karena saya juga serius mengeluarkan modal yang besar.
Selama bertahun-tahun bergelut di dunia hortikultura, cukup banyak suka duka yang saya hadapi. Mulai dari pekerja yang banyak tingkah, sampai kepada cuaca yang tidak sesuai perkiraan. Namun, tantangan terbesar dalam bertani cabai ini adalah hama penyakit yang bermacam-macam seperti kutu daun, ulat, hama patek dan lain sebagainya. Jika sudah seperti itu, maka tanaman cabai tersebut harus benar-benar dijaga dan disemprot pestisida. Saya menemukan makna di balik setiap kejadian. Setiap pengalaman dalam hidup saya, baik itu menyenangkan atau tidak, memiliki makna tersendiri. Iyaa. Saya mencoba untuk mencari makna di balik setiap kejadian yang saya alami. Dengan menemukan makna, saya bisa melihat kekecewaan dari sudut pandang yang berbeda dan lebih mudah bersyukur atas apa yang telah terjadi.
Saya mulai berkebun sekitar tiga tahun yang lalu. Saat itu saya menanam berbagai macam jenis tanaman seperti labu manis, kacang panjang, timun, pare, oyong, jagung manis, jagung pakan, cabai merah, dan lain-lain. Suka dan duka pun saya rasakan selama bercocok tanam di antaranya, perihal harga cabai yang kadang kala naik dan bahkan anjlok. Dalam kehidupan, tidak semua hal berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Terkadang, harapan dan kenyataan bisa sangat berbeda, dan hal ini seringkali membuat kita merasa kecewa atau putus asa. Namun, di balik setiap kekecewaan, selalu ada pelajaran dan kesempatan untuk tumbuh.
Saat hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan, saya mencoba untuk mengalihkan fokus pada hal-hal kecil yang masih bisa disyukuri. Saya tetap fokus pada hal-hal kecil yang positif. Ini bisa berupa kesehatan, keluarga, teman, atau bahkan cuaca yang cerah. Terkadang, kebahagiaan ditemukan dalam hal-hal sederhana yang sering saya abaikan. Saya tetap bertahan akan menanam cabai merah karena menurut saya, masalah harga adalah urusan nanti, yang penting adalah nanam dulu. Kalau pas dapat harga bagus, yaa rezeki emak sholeh lah. Kalau pas anjlok..., itulah gunanya backup plan tadi kan?
Semua itu kan ada prosesnya, ada suka dukanya, enggak mungkin langsung panen besar. Jika bisnis tidak berjalan sesuai rencana, ada baiknya kita evaluasi kembali rencana bisnis kita. Penting untuk kembali mengevaluasi tujuan bisnis dan strategi yang telah dibuat. Saatnya, memastikan tujuan bisnis kita apakah masih sesuai dengan kondisi saat ini dan tidak perlu disesuaikan? Kemudian, memeriksa apakah strategi yang kita gunakan masih efektif atau perlu diubah. Itulah yang sering saya bicarakan saat berdua disini dengan suami. Bukan cerita-cerita konyol doang atau bahasa cinta-cintaan, aku sayang kau, anjaaay.
Beberapa pertanyaan yang dapat membantu kami suami istri dalam evaluasi ulang ini antara lain: Apakah tujuan bisnis kita ini masih realistis atau perlu disesuaikan? Apakah strategi pemasaran yang digunakan masih efektif atau perlu diubah? Apakah produk atau layanan yang ditawarkan masih relevan dan memenuhi kebutuhan pelanggan? Apakah target pasar yang dituju masih relevan atau perlu diperluas? Apakah harga yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasar atau perlu diubah? Apakah biaya operasional masih dalam batas yang terkendali atau perlu dikurangi?
Nah. Dengan mengevaluasi ulang tujuan bisnis dan strategi yang kami gunakan, kami dapat menemukan kelemahan dalam rencana bisnis yang telah dibuat dan menyesuaikannya untuk memperbaiki kinerja bisnis kami berdua.
Setiap individu kami, tentu memiliki harapan akan kehidupan yang dijalani, baik itu terkait pekerjaan, asmara, dan sosial. Namun terkadang tidak semua harapan bisa terwujud nyata sesuai yang diinginkan. Akan tetapi, kehidupan tidak berhenti, maka kami hanya perlu belajar meresponsnya dengan baik dan bijaksana tentang kenyataan. Berkumpul dengan orang-orang yang mendukung, karena lingkungan sosial yang positif sangat berpengaruh terhadap perasaan. Kami hanya akan berkumpul dengan orang-orang yang mendukung dan memahami kami. Dengan ia yang bisa memberikan perspektif baru..., semangat, dan dukungan yang kami butuhkan untuk tetap bersyukur, meskipun situasi tidak sesuai harapan.