Apa yang harus dilakukan jika tidak ada yang berjalan sesuai rencana padahal kamu sudah mencoba memberikan yang terbaik?
Kecewa sih pasti ya.... Sudah expect selangit dan kenyataannya malah jomplang banget. Semua orang pasti pernah mengalami hal ini, namun cara menyikapinya aja yang beda-beda. Ada yang berhenti berharap..., ada juga yang mencoba berpikir positif, yang terjadi pasti merupakan hal yang terbaik. Ada pula yang menyalahkan diri sendiri, mungkin karena kurang berjuang dan sebagainya.
Kalau saya pribadi, sudah mengalami semua kemungkinan yang terjadi di atas (he-he-he). Karena sering sekali mendapati kenyataan yang jauh dari ekspektasi, akhirnya saya selalu menyiapkan "cadangan harapan". Seperti videoklip ini. You can see. Cabai merah adalah tanaman prioritas saya. Saat saya akan menanam cabai merah, tentu dari awal saya tahu masalah harga pasti turun naik. Maka saya menyiapkan buah pepaya yang akan saya petik setelah saya puncak panen cabai merah periode pertama. Terkadang saya mempersiapkan tanaman sayuran yang panennya cepat untuk biaya operasional pekerja. Saya siapkan juga cabai rawit untuk menutupi jikalau biaya operasional cabai merah enggak nutup. Tentu, saya berekspektasi tinggi akan hal ini. Saya berharap akan mendapatkan sesuatu yang dapat membawa perubahan ekonomi dalam diri saya. Sebagai bentuk kewaspadaan akan kecewa berlebih jika tidak sesuai ekspektasi, saya menyiapkan cadangan harapan lain. Jika harga cabai merah kurang memukau, at least setidaknya saya bisa menikmati hasil panen pepaya menjelang tanam ulang cabai merah.
Sebenarnya sikap ini sama dengan mencoba untuk menaruh ekspektasi sewajarnya saja, agar tidak mengalami kecewa berlebihan. Alias menurunkan standar ekspektasi akan suatu hal. I remember when someone said; "Jangan berekspektasi terlalu tinggi, jika tidak ingin merasakan kecewa berlebihan".
Videoklip sebagai ilustrasi. Saya tidak sedang meluapkan emosi dengan membabat cabai merah yang satu bedengan dengan pepaya merah delima ini. Malahan tanaman cabai merah saya, semuanya akan saya babat habis, hiikss. Menurut saya, penurunan harga cabai merah yang sangat drastis beberapa bulan belakangan ini akan menyebabkan kerugian besar jika puluhan ribu tanaman cabai merah saya  ini tetap akan saya perpanjang masa panen. Biaya perawatan cabai merah, mahal. Harga cabai merah yang turun tajam diduga akibat musim panen raya yang terjadi hampir serentak di berbagai daerah penghasil cabai. Dan yang beli itu-itu ajaa.
Adapun hubungan antara supply dan demand menurut hukum ekonomi adalah saat demand (permintaan) cukup tinggi namun pasokan komoditas dari produsen (supply) sangat kecil, maka akan terjadi kenaikan harga. Sementara, ketika permintaan pasar rendah dan supply dari produsen besar, maka harga akan menurun. Begitulah hidup dalam dunia bisnis. Ingatlah bahwa setiap bisnis akan menghadapi tantangan dan perubahan, tetapi dengan mencari ide-ide baru yang tepat, kita dapat membantu bisnis kita tetap bertahan dan tumbuh.
FYI. Saya sedang tidak ingin memperpanjang periode petik cabai merah saya. Meski dengan manajemen pemupukan bersiklus menurut fase-fase tanaman, tanaman cabai merah ini dapat diperpanjang masa petiknya hingga 2 periode. Karena pertimbangan ekonomis, maka selesailah 1 siklus hidup tanaman cabai merah saya. Hal ini dialami ketika selama masa tanaman produktif harga cabai sedang jatuh, namun menjelang akhir-akhir masa petik harga malah ga kunjung merangkak naik. Tentu saya tidak akan berpikir untuk memperpanjang masa petik untuk memperoleh kesempatan harga panen yang tinggi.
Setelah periode petik pertama usai, tanaman ini sebenarnya masih dapat ditumbuhkan tunas-tunasnya, dipelihara hingga berbunga dan berbuah lagi. Periode panen yang kedua ini bisa jadi buahnya lebih lebat dibanding yang pertama. Total panen yang dihasilkan pun bisa meningkat antara 50 % sampai 80 %. Itupun jika kebutuhan nutrisinya tepenuhi dengan tepat, kondisi lingkungan mendukung, gangguan hama dan penyakit juga terkendali.
Ditambah pula, fluktuasi harga yang tak menentu, harga cabai anjlok. Kebanyakan yang nanam dari pada yang beli.
Yahh..., cerita nya sesuai judul lah ya.
"Sematang apapun..., masa depan yang sedang kamu rencanakan. Sisakan ruang untuk ridho ketika Kenyataan tidak berjalan sesuai rencana. Karena..., hari esok memang di luar kehendak kita. Kita mungkin punya rencana..., tapi Tuhan juga punya rencana. Ketika kenyataan tidak berjalan sesuai rencana kita..., berarti, __kenyataan sedang berjalan sesuai skenario Tuhan. Tuhan tau, apa yang kita mau, tapi Tuhan lebih tau, __apa yang kita butuh."
Semua terjadi karena kita bekerja dengan pilihan-pilihan kita sendiri. Kita ga boleh terlalu banyak menyalahkan hal lain, orang lain, bahkan benda-benda mati di sekitar kita. Teliti pasar adalah langkah penting dalam mengatasi masalah ketika bisnis tidak berjalan sesuai rencana. Saat bisnis kita tidak berhasil, mungkin karena perubahan tren atau kebutuhan pelanggan yang telah berubah. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dengan jelas kebutuhan pelanggan dan perubahan tren di pasar untuk dapat menyesuaikan komoditi atau layanan penjualan kita agar tetap relevan.
Saya melakukan riset pasar untuk mengetahui tren dan permintaan pasar terbaru dan menemukan peluang bisnis baru. Suami saya meninjau kembali anggaran. Ia memeriksa anggaran dan biaya operasional dan memotong pengeluaran di mana memungkinkan. Saya mempelajari dan menganalisis anggaran ini dengan teliti. Ini akan membantu saya memahami biaya operasional bisnis tani saya. Dan yang paling signifikan adalah saya harus memahami kemungkinan area di mana saya bisa memotong pengeluaran. Saya memprioritaskan pengeluaran saya, setelah mempelajari anggaran, saya mengidentifikasi biaya-biaya yang paling penting untuk menjalankan bisnis saya ini agar sukses. Kemudian fokus pada pengeluaran ini dan mempertimbangkan untuk memangkas pengeluaran di area yang kurang penting.
Saya cari alternatif yang lebih murah. Sampe pekerja saya bilang gini; KS tu pelit, belibet ha-ha. Eh. Pernah lihat? Bacaan yang terpampang besar di pabrik PT.Sritex? "Orang pintar menemukan cara. Orang malas menemukan alasan".
Ketika hidup tak sejalan dengan rencana, justru di situlah tantangannya. Saya ditantang untuk menjadi lebih cerdik dalam mengatasi situasi. Kekecewaan para petani semakin mendalam karena harga cabai merah saat ini jauh di bawah harga normal yang biasanya saya berkisar antara Rp 25.000 hingga Rp 50.000 per kilogram. Dengan harga yang hanya Rp 15.000 sekarang, saya merasa biaya produksi dan ongkos panen tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Saya yang panen ada sekitar 25 orang, itu pun hampir tiap hari. "Biasanya kalau normal Rp 25.000-Rp 50.000 itu saya sudah untung. Nah kalau seperti ini (harga Rp 15.000 harga toke datang), tidak sebanding dengan ongkos buruhnya. Saya modal cabai seputaran Rp 10. 000 per batang, ya kalau per batang nya dapat memberikan saya se kilo? Kalo sekali enggak, rugi bandar. Ini bisnis. Saya sedang tidak meluapkan kekecewaan dengan membabat habis tanaman cabai saya.
Alih-alih. Masih ada hari esok di mana saya dapat berusaha lebih baik lagi. "Tenang saja..., masih ada hari esok untuk saya. Hari-hari di mana saya dapat berusaha jauh lebih baik dari yang sudah-sudah. Ini tentang seberapa bersedia saya untuk mencoba kembali. Entah memutuskan untuk tetap berdiam diri menerima keadaan atau coba mengerahkan usaha kembali, pilihan itu ada di tangan saya!".