Mata coklat
Sembunyi di sela rambut pirang yang jatuh
Siulan dini hari
Sembari mengayuh sepeda
Sepeda hijau dengan rem terpedo kebanggaannya
Kadang ia menangis
Tanpa air mata
Juga tanpa suara
Ia simpan bersama malam
Bersama tenggelam dalam hening
Berdiri
Melihat diri di ambang sunyi
Ah, lelaki itu malang
Belum sempat ia memanen
Ia tenggelam
Karena luka di dada
Mencabik-cabik daging
Menguras darah
Ia menjauh
Dengan radio kecil di sisinya
Tinggalkan sepeda yang mulai karat
Ia pergi
Dengan senyum dan air mata
Ia pergi
Pergi
--Makassar, 29-09-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H