Hal itu sudah menjadi kesepakatan awal sekolah kami dengan mereka. Bahwa pihak sekolah memiliki hak untuk melakukan razia sebagai bentuk kontrol. Namun nampaknya, budaya di rumah lebih kuat daripada budaya sekolah. Sehingga kami kesulitan. Pada akhirnya, karena orang tua tidak memiliki sikap untuk dapat menyita handphone anak, maka kami kembalikan anak itu kepada orang tuanya.Â
Mungkin banyak orang tua lain yang berpikiran sama dengan orang tua anak di atas, bahwa handphone adalah hak asasi anak sehingga orang tua tidak boleh memasuki privasi mereka. Namun melalui ini, saya mengajak seluruh orang tua untuk mulai menganggap penggunaan handphone anak bukan sebagai hak asasi.Â
Kita harus memandang bahwa semua itu hanya hak istimewa yang kita wajib memberikan batasan. Memberikan hak orang dewasa kepada anak-anak kita adalah suatu sikap melangkahi tahap-tahap pendidikan moral, di mana anak yang belum memiliki pertimbangan moral yang baik sudah lebih dulu diajarkan kebebasan. Padahal, jika orang tua seperti itu, maka akan dapat menjerat anak-anak mereka dalam kehidupan bebas, hedonis, dan rendah dalam kemampuan menahan diri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H