Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masalah Membaca dan Solusinya

23 Maret 2019   16:17 Diperbarui: 4 Juli 2021   04:25 4190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca merupakan proses yang sangat kompleks. Dalam proses membaca, kita berupaya memahami makna teks atau bacaan. Dalam kegiatan membaca kita akan memperoleh informasi penting, yakni informasi visual yang berupa semua unsur tulisan yang ada dalam teks bacaan. Di samping itu, membaca merupakan suatu keterampilan yang memerlukan suatu latihan yang intensif, dan berkesinambungan.

Aktivitas dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam studinya. Pada hakikatnya, membaca itu adalah tindakan memahami ide pesan penulis melalui interaksi dengan teks tulis dengan melibatkan informasi visual dan informasi nonvisual.

Tujuan membaca itu sendiri sangat bervariasi atau berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi membaca itu sendiri. Dengan demikian, faktor kebutuhan, kondisi, dan situasi membaca sangat memengaruhi pembaca dalam menetapkan tujuan membaca. 

Baca juga : Menulis dan Membaca adalah Pasangan Tak Terpisahkan

Secara umum, tujuan membaca adalah untuk memperoleh informasi yang tersaji dalam wacana tulis. Dengan memahami apa yang dibaca, pembaca berarti meperoleh informasi dari teks yang dibaca tersebut, yaitu informasi referensial (faktual), informasi kognitif (intelektual), dan informasi afektif (emosional).

Akan tetapi, data yang menunjukkan bahwa penduduk Indonesia 98% bisa membaca sepertinya merupakan sebuah capaian yang sangat hebat. Sejatinya, capaian itu baru pada angka "bisa membaca". Berdasarkan data Word Bank's Indonesia Economic Quarterly Report edisi Juni 2018, penduduk Indonesia sesungguhnya 55% masih mengalami "buta huruf secara fungsional".

Artinya, kemampuan membaca penduduk Indonesia ternyata baru sanggup membaca pada level bisa membaca, tetapi belum sanggup memahami bacaan dengan baik dan benar, belum bisa membuat simpulan, tidak mampu mencari ide pokok tulisan.

Bahkan belum bisa membedakan apakah tulisan yang dibacanya mengandung kebenaran atau hoax, dan lain sebagainya. Dari data di atas, secara otomatis para siswa di Indonesia pun kemampuan membacanya tergolong masih sangat rendah pula.

Baca juga : Kenapa Anak Perlu Membaca Buku di Era Digital dan Pandemi Covid-19?

Sementara itu, pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang SMP/MTs, khususnya pada Kurikulum 2013 berbasis teks. Tuntutan kurikulum ini yakni bahwa setiap kompetensi yang diajarkan memanfaatkan teks sebagai media penyampaian informasi tersebut. Itu artinya, kemampuan membaca menjadi hal terpenting dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Pembelajaran membaca penting diberikan agar siswa mampu membaca yang sesungguhnya yaitu mampu memahami isi bacaan dengan menangkap berbagai informasi secara cepat, tepat, dan akurat. 

Kemampuan membaca para siswa yang belum terjadi secara baik menyebabkan adanya korelasi rendahnya mutu pendidikan. Hal itu dibenarkan oleh Sitepu (1999) bahwa kebiasan membaca yang rendah oleh siswa cenderung akan memberikan dampak negatif terhadap mutu pendidikan secara nasional.

Rendahnya kemampuan membaca itu antara lain tampak pada rendahnya kecepatan efektif membaca (KEM) mereka. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa  pembelajaran membaca di sekolah belum maksimal, kalau tidak boleh dikatakan gagal. 

Baca juga : Nikmatnya Membaca Buku Akan Kamu Temui Jika Kamu Melakukan Hal Ini!

Padahal, rendahnya kemahiran membaca akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu mahir menyimak listening skills), mahir berbicara (speaking skills), dan mahir menulis (writing  skills) (Tarigan: 1994).

Penggunaan pendekatan, metode, dan teknik membaca yang kurang tepat diasumsikan merupakan salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaiaan tujuan membaca di sekolah. Selain itu, alokasi waktu yang  disediakan  untuk pembelajaran masih sangat minim. 

Akibatnya, pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh guru untuk latihan membaca siswa cenderung diarahkan hanya membaca bacaan-bacaan pendek yang terdapat dalam buku paket. Pemahaman guru terhadap kiat-kiat pengembangan membaca yang baik juga disinyalir sangat kurang.

Sementara itu, arus informasi begitu cepat dan banyak yang harus kita terima pada era globalisasi ini. Kalau tidak ingin ketinggalan informasi, tentu dibutuhkan suatu kemampuan dan keterampilan yang tepat dalam menyerap informasi itu. Apalagi para siswa, mereka juga dituntut untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan di sekolah. Untuk itu, kemampuan membaca secara cepat, tepat dan akurat sangat dibutuhkan.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, penerapan metode yang dirasa cocok untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa. Peningkatan kecepatan efektif membaca dengan menggunakan Metode Klos, langkah-langkahnya sebagai berikut. Tahap awal merupakan pratindakan yaitu identifikasi kecepatan efektif  membaca (KEM) siswa. Langkah kedua pelaksanaan tindakan sebagai implementasi pelaksanaan metode klos.

Metode Klos itu sendiri berasal dari kata "Clozure" yaitu suatu istilah dari ilmu jiwa Gestalt, yang mempunyai pengertian bahwa pada dasarnya orang melihat bagian-bagian itu sebagai suatu keseluruhan. Dalam metode klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap, karena bagian tertentu telah dihilangkan, akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna (Kamidjan,1996).

Berdasarkan pendapat di atas, dalam Metode Klos, pembaca diminta untuk memahami wacana yang tidak lengkap karena bagian tertentu telah dihilangkan akan tetapi pemahaman pembaca tetap sempurna. 

Bagian-bagian kata yang dihilangkan itu biasanya disebut kata ke -- an. Kata   ke -- an itu diganti dengan tanda garis mendatar atau tanda titik-titik, karena kata ke -- an bisa berupa kata benda, kata kerja, kata penghubung, dan kata lain yang dianggap penting. Tugas pembaca ialah mengisi bagian-bagian yang kosong itu sama dengan wacana aslinya.

Metode Klos ini bukan sekedar bermanfaat untuk mengukur tingkat keterbacaan wacana, melainkan juga mengukur tingkat keterpahaman pembacanya. Melalui metode ini, kita akan mengetahui perkembangan konsep, pemahaman, dan pengetahuan linguistik siswa. Hal ini sangat berguna untuk menentukan tingkat instruksional yang tepat dari siswa.

Jadi, Metode Klos merupakan salah satu metode yang mampu memecahkan permasalahan membaca  siswa, serta mampu pula dijadikan solusi agar para siswa tidak sekadar "bisa membaca" tetapi memahami tingkat dan kualitas keterbacaannya terhadap berbagai informasi yang dibacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun