Terdengar berbagai perbincangan dan spekulasi dari mereka yang hadir tentang nyala api nun jauh di arah utara di seberang lautan.Â
Apakah benar nyala itu adalah lelehan larva atau tidak masih misteri dan menjadi bahan perbincangan yang hangat. Akan tetapi, sebagian orang nampak tidak peduli.Â
Mereka nampak asyik menikmati minuman, alunan musik pada cafe-cafe di pinggir pantai yang terkenal dengan pasirnya yang putih serta debur ombaknya yang tenang.Â
Ada juga yang terlihat bersorak-sorak menghadap layar lebar menyaksikan nonton bersama pertandingan siaran langsung sepak bola Piala Dunia di Negeri Beruang Merah sana yang diselenggarakan oleh pemilik bar atau kafe. Umumnya, mereka adalah para "bule" yang tidak peduli dengan peristiwa alam yang terjadi di seberangnya.
Sesungguhnya, hatiku merasa menyesal tidak bisa menjadi saksi langsung peristiwa meletusnya Gunung Agung. Gunung tertinggi di Pulau Dewata ini memang sudah hampir setahun mengalami pluktuasi dan membuat masyarakat Karangasem menjadi merasa tidak aman dan nyaman. Anehnya pula, beberapa kali peristiwa letusan besar kerap terjadi ketika kami pas berkunjung dan menginap di Denpasar.
Akhirnya, Pantai Sindu menjadi penawar dan sedikit mengobati rasa penasaranku, juga gelisah hati anakku. "Besok pagi-pagi kita pulang, Nak. Kita tengok Ninik dan Pekak ya. Sekarang, mari kita pulang. Hiburku pada sang anak. Malam telah larut, nun jauh di sana bara nampak kian surut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI