Mohon tunggu...
Wayan Kerti
Wayan Kerti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Guru SMP Negeri 1 Abang, Karangasem-Bali. Terlahir, 29 Juni 1967

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Noktah di Hari Bahagia

30 Agustus 2018   12:30 Diperbarui: 30 Agustus 2018   12:34 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Bapak...! Bapak...! Bapak!" Anakku tiba-tiba berteriak dan menjerit-jerit. Isak tangisnya tak terbendung. Semuanya menjadi bingung. Ada apa gerangan yang membuat Koming tiba-tiba menjerit dan menagis histeris? Berkali-kali pertanyaan yang terlontar tentang penyebab dia menangis tidak dijawabnya. Hanya derai air mata dan isak tangis yang dia keluarkan.

Moment bahagia itu berubah menjadi cerita pilu. Pesta kecil seketika terhenti. Aneka makanan dan minuman masih berserak di atas meja makan di halaman. Alunan musik pun terhenti.

Aku sungguh tidak mengerti, mengapa anakku tiba-tiba menangis. Berulang kali aku dan istriku membujuknya agar berhenti menangis, namun usaha itu masih gagal. Kucoba memberinya minum. Perlahan-lahan tangisnya berkurang. Dia mulai memberi alasan mengapa dia menjerit dan menangis. Usut punya usut, ternyata dia kasihan sama kakek dan neneknya yang ada di kampung halaman.

"Kasihan Ninik sama Pekak!" Celetuknya dengan suara parau.

Ya kedua mertuaku itu memang tidak bisa bergerak dari tempat tidurnya. Mertua perempuan (Ninik) tidak bisa bangun dan berdiri karena bagian kakinya telah diamputasi akibat penyakit diabetes yang dideritanya. Sedangkan mertua laki (Pekak) sudah lama terserang stroek yang mengakibatkan tubuhnya lumpuh. Mereka hanya diurus oleh ipar perempuan. Jadi, itulah yang dikhawatirkan hingga harus mengurai air mata di hari bahagianya. Merusak pesta kecil yang tengah berlangsung.

Di balik rasa bahagia yang dia rasakan, ada rasa khawatir akan orang-orang yang dicintainya.

Pada saat pesta ultah masih berjalan, aku memang  mendapat kabar melalui telepon dari orangtuaku di kampung bahwa Gunung Agung meletus dan  mengeluarkan larva pijar. Diam-diam, rupanya anakku mendengar percakapan itu.

Di medsos pun kabar itu secepat kilat beredar luas. Facebook, WhatshApp, Line, Mesenger, silih berganti mengirim kabar dan gambar-gambar tentang peristiwa itu. Cerita-cerita dan gambar yang beredar di media sosial bahkan tersiar kabar jika Gunung Agung di kampung halamanku telah meletus dahsyat. 

Masyarakat di zana-zona bahaya pun kabarnya telah berbondong-bondong menyelamatkan diri. Mereka  katanya memilih mengungsi untuk menyelamatkan diri ke daerah aman secara swadaya.

Aku jadi penasaran. Sebabnya, berita maupun informasi dari media sosial sangat sering tidak akurat. Penyebabnya adalah karena berita di medsos banyak bumbunya, kadang juga banyak penyedapnya sehingga terkadang menjadi berita hoak.

Ada kabar dari keponakanku, jika dari Pantai Sindu, moment itu bisa dilihat. Tengah malam, kami segera meluncur. Di lokasi itu memang masyarakat memang tengah berjubel menjadi saksi peristiwa itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun