Sehari menjelang sunyi itu terjadi,
hingar-bingar umatmu mentradisi.
Mengaturkan sesaji-sesaji,
hingga  hewan kurban suci.
Rupa-rupa "sesaji" tersaji;
dari "pejati" hingga "cacahan" warna-warni.
Wujud bakti padaMu, Hyang Widhi,
hingga sang Kala pengiringMu sejati.
Di altar suciMu, hambaMu berserah diri.
Di perempatan-perempatan itu, tersaji "caru-caru" suci.
Memohon ampunanMu, menetralisir sang bumi,
agar buana ini, harmoni nan damai di hati.
Senja kalaning, hiruk-pikuk kian beraduk.
Lantun tabuh gamelan menebar, hingar-bingar,
campur-baur aroma "tetabuhan"; tuak, arak,
mengiringi arak-arakan sang Bhuta Kala,
"Pengerupukan" punya makna.
(Sibetan, 16 Maret 2018)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI