Mohon tunggu...
Kertas Putih Kastrat (KPK)
Kertas Putih Kastrat (KPK) Mohon Tunggu... Dokter - Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

Kumpulan intisari berita aktual // Ditulis oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022 // Narahubung: Jansen (ID line: jansenjayadi)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Medical Tourism: Lebih Baik Berobat di Luar Negeri Daripada Indonesia?

22 Oktober 2024   23:35 Diperbarui: 23 Oktober 2024   00:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel 1. Push dan Pull Factors Medical Tourism di Indonesia [1]

1.  Meningkatkan Kualitas dan Akses Pelayanan Kesehatan di Indonesia

  • Memperbaiki fasilitas medis di daerah terpencil: Salah satu langkah penting yang perlu diambil pemerintah adalah menyediakan peralatan medis yang lebih modern dan memastikan kehadiran tenaga medis yang terampil di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau. Ini akan membantu mengatasi keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas di daerah-daerah terpencil.
  • Meningkatkan jumlah dan kualitas dokter spesialis: Penambahan dokter spesialis di berbagai wilayah, terutama dengan memberikan insentif yang layak dan pelatihan berkelanjutan, sangatlah penting. Dengan begitu, kesenjangan dalam akses layanan kesehatan di antara wilayah-wilayah bisa berkurang, dan masyarakat mendapatkan perawatan yang lebih baik.
  • Standarisasi dan sertifikasi rumah sakit: Rumah sakit di Indonesia harus diupayakan untuk mencapai sertifikasi internasional, seperti dari Joint Commission International (JCI). Sertifikasi ini akan meningkatkan kepercayaan pasien, baik lokal maupun internasional, terhadap kualitas pelayanan di dalam negeri.

2. Menekan Biaya Pengobatan di Dalam Negeri

  • Regulasi dan transparansi biaya layanan medis: Penting bagi pemerintah untuk mengatur kebijakan yang memastikan biaya perawatan medis di rumah sakit lebih transparan dan terjangkau. Dengan regulasi yang jelas, masyarakat dapat lebih mudah mengakses layanan kesehatan tanpa khawatir soal biaya.
  • Mengembangkan program subsidi atau asuransi yang lebih inklusif: Cakupan BPJS Kesehatan perlu diperluas, dan pemerintah bisa mempertimbangkan pemberian subsidi tambahan bagi perawatan-perawatan kritis. Ini akan membantu meringankan beban biaya bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang menghadapi penyakit serius.

3. Meningkatkan Efisiensi Layanan dan Pengurangan Waktu Tunggu

  • Digitalisasi Sistem Layanan Kesehatan yang Menyeluruh
    • Pemerintah perlu lebih menyeluruh mengadopsi teknologi digital dalam sistem kesehatan untuk mempercepat proses administrasi dan pengaturan janji dengan dokter. Dengan demikian, waktu tunggu pasien bisa dikurangi secara signifikan.
  • Penguatan Sistem Rujukan dan Koordinasi
    • Sistem rujukan antar fasilitas kesehatan, baik primer maupun sekunder, harus lebih terintegrasi. Hal ini akan memastikan pasien mendapatkan perawatan tepat waktu, tanpa harus menunggu lama untuk dirujuk ke rumah sakit.

4. Memanfaatkan Potensi Daerah untuk Wisata Medis

  • Daerah-daerah seperti Bali dan Pontianak memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis. Dengan menggabungkan layanan kesehatan yang berkualitas dengan daya tarik pariwisata, Indonesia bisa menarik wisatawan medis baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

5. Mengatasi Faktor Sosial dan Budaya yang Memengaruhi Wisata Medis

  • Dokter dan tenaga medis lainnya perlu lebih responsif terhadap kebutuhan sosial, budaya, dan agama pasien. Pelatihan untuk meningkatkan sensitivitas mereka terhadap faktor-faktor ini akan membantu membangun kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan lokal, sehingga mereka tidak merasa perlu mencari perawatan di luar negeri.

6. Melakukan kolaborasi internasional

  • Rumah sakit di Indonesia dapat mempromosikan layanan unggulan mereka melalui kerja sama dengan rumah sakit atau jaringan kesehatan di negara lain. Ini bisa dilakukan melalui pameran internasional, konferensi medis, dan kemitraan dengan agen perjalanan medis (medical tourism agencies). Beberapa rumah sakit, seperti yang terakreditasi oleh JCI, sudah memenuhi standar internasional yang dapat menjadi daya tarik bagi pasien internasional.

References

  1. Abanit G, Fauk NK, McLean C, Ward P. Medical tourism among Indonesians: a scoping review. BMC Health Serv Res. 2024 Jan 10;24(1).

  2. Suci Risanti Rahmadania. Viral Poster "Berobat ke Malaysia Aja" Dekat Kemenkes RI, Emang Iya Lebih Murah? [Internet]. detikHealth. detikcom; 2024 [cited 2024 Oct 18]. Available from: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7580813/viral-poster-berobat-ke-malaysia-aja-dekat-kemenkes-ri-emang-iya-lebih-murah 

  3. Tim 20detik. Berobat di Indonesia Lebih Mahal dan Lama? [Internet]. detiknews. detikcom; 2024 [cited 2024 Oct 18]. Available from: https://news.detik.com/video/241015126/berobat-di-indonesia-lebih-mahal-dan-lama 

  4. Prameswari NM. Medical tourism di Indonesia: analisis hukum tentang peluang dan tantangan. Perspektif Adm Publik dan Hukum. 2024 Jul;1(3):40-48. doi:10.62383/perspektif.v1i3.6.

  5. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun