Beberapa saat yang lalu, media mengabarkan bahwa seseorang telah meninggal dunia akibat pemberian vaksin. Tentunya, berita tersebut menimbulkan keresahan di masyarakat. Bagaimana tidak, hal tersebut kontradiktif dengan pesan yang digembar-gemborkan oleh pemerintah, yaitu untuk melindungi diri dan sesama serta menciptakan herd immunity. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah jenis vaksin yang diterima oleh sang korban, Astrazeneca, memang merupakan penyebab sang korban meninggal dunia?1-4
Tinjauan Kasus Praduga Kematian akibat Vaksin Astrazeneca
Sampai saat ini, sudah terdapat tiga orang yang masyarakat duga telah menjadi korban pemberian vaksin Astrazeneca. Korban pertama merupakan pemuda dengan inisial T asal Jakarta yang berusia 22 tahun. Korban merasa pusing dan demam setelah diberikan vaksin Astrazeneca. Kendati demikian, korban sempat menolak untuk dibawa ke rumah sakit saat suhu tubuhnya mencapai 39 derajat celcius. Di kemudian hari, sang korban dinyatakan meninggal dunia akibat kondisinya yang semakin melemah.1-4
Kasus kedua terjadi pada korban lansia berusia 60 tahun dengan okupasi sebagai pengendara ojek. Korban diduga memiliki riwayat sesak napas sehari sebelum vaksinasi namun beliau tidak memberitahukan perihal tersebut kepada tenaga medis di lokasi vaksinasi. Sehari setelah korban disuntikkan vaksin, korban merasa sesak napas dan segera dilarikan ke puskesmas. Empat hari kemudian, korban menghembuskan napas terakhir. 1-4
Kasus ketiga baru-baru ini terjadi pada salah seorang warga Ambon berusia 45 tahun. Satu hari setelah vaksinasi, sang korban mengalami demam, batuk, dan pilek. Kondisi tersebut terjadi selama 3 hari. Sangat disayangkan pada akhirnya sang korban mengembuskan napas terakhirnya karena gejala yang dideritanya makin parah.1-4
Di luar negeri, kasus kematian dengan tuduhan vaksin Astrazeneca sebagai pelaku juga telah terjadi. Kanada telah melaporkan kematian keduanya akibat vaksin Astrazeneca pada awal bulan Mei, kematian pertama korban vaksin Astrazeneca pada negara tersebut terjadi pada akhir bulan April. Selain Kanada, Australia juga memiliki korban kematian yang saat ini diduga memiliki kaitan dengan pemberian vaksin Astrazeneca. Sebelum kematiannya, jumlah platelet korban didapati rendah. Korban meninggal akibat pembekuan darah setelah 4 hari sejak beliau diberikan vaksin Astrazeneca.5-7
Lalu sebenarnya apa yang terjadi?
Menanggapi berbagai kasus kematian akibat vaksin Astrazeneca yang terjadi beberapa saat yang lalu, pemerintah dari negara-negara terkait tidak tinggal diam. Pemerintah Indonesia,melalui ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari,mengemukakan bahwa dua dari tiga kasus kematian yang telah terjadi bukan disebabkan oleh vaksin Astrazeneca.Â
Beliau menyatakan bahwa KIPI belum bisa memastikan penyebab kematian kasus pertama, yaitu korban berinisial T asal Jakarta. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya data yang dapat diolah oleh KIPI karena korban sama sekali tidak menjalani pemeriksaan kesehatan, baik itu pemeriksaan fisik, lab, ataupun CT Scan dan rontgen.1-4
Pada kasus kedua, Hindra menjelaskan bahwa sang korban sempat merasakan sesak napas sehari sebelum diberikan vaksin. Namun, sang korban tidak menginformasikan kondisi tersebut kepada para petugas medis di tempat pada hari saat korban divaksin. Keesokan harinya, beliau merasa sesak dan setelah dilaksanakan pemeriksaan di puskesmas setempat, beliau didiagnosis radang paru. Sayangnya, kondisi pasien makin memburuk dan ketika dirujuk, sang korban tidak mendapatkan tempat yang dapat mengatasi permasalahannya karena penuhnya fasilitas kesehatan yang dituju. Alhasil, empat hari setelah beliau divaksin, beliau dinyatakan meninggal dunia.1-4
Kasus yang baru baru ini terjadi di Indonesia, dengan korban seorang warga Ambon, dinyatakan meninggal setelah diberikan vaksin Astrazeneca akibat telah terpapar COVID-19 sebelumnya. Hindra menjelaskan bahwa korban mengalami demam sehari setelah diberikan vaksin Astrazeneca. Sang korban juga menderita batuk pilek yang makin parah dalam jangka waktu tiga hari setelah diberikan vaksin. Setelah dilakukan pemeriksaan, korban kemudian menjalankan testing dan dinyatakan positif COVID-19. Korban akhirnya meninggal dunia akibat bertambah beratnya COVID-19 yang beliau derita.1-4
Mengenai kasus yang terjadi di luar negeri, Health Canada menjelaskan bahwa kedua korban yang meninggal memang diakibatkan pemberian vaksin Astrazeneca. Kedua korban menderita komplikasi nan serius yang jarang ditemukan, yaitu Vaccine-Induced Prothrombotic Immune Thrombocytopenia. Kondisi ini merupakan kondisi dimana korban menderita pembekuan darah yang disertai dengan jumlah trombosit yang rendah. Namun, kondisi ini sangat jarang sekali terjadi, dengan estimasi kejadian sebanyak satu dari 100.000--250.000. Â Untuk kasus yang ditemukan di Australia, pemerintah setempat masih menginvestigasi perihal kejadian tersebut walaupun memang sudah ada praduga hasil yang serupa dengan apa yang terjadi di Kanada.5-7
Apa kata Pemerintah dan Lembaga Terkait mengenai Vaksin Astrazeneca?
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM), sudah menginvestigasi perihal batch vaksin Astrazeneca yang disebut-sebut sebagai penyebab kematian kasus pertama pemuda inisial T asal Jakarta. Batch tersebut, yaitu CTMAV547, sempat dilakukan pemberhentian pengedaran untuk dilaksanakan uji toksisitas dan sterilisasi. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, BPOM menyimpulkan bahwa batch CTMAV547 Vaksin Astrazeneca dapat digunakan kembali karena tidak terdapat keterkaitan antara mutu batch CTMAV547 dengan kasus kematian yang telah terjadi.8-10
World Health Organization (WHO) menyarankan kepada negara-negara yang memiliki kejadian serupa untuk melakukan analisis manfaat-resiko yang mempertimbangkan epidemiologi lokal (termasuk insiden dan kematian akibat penyakit COVID-19), kelompok usia yang ditargetkan untuk vaksinasi, dan ketersediaan vaksin alternatif. WHO dengan hati-hati memantau peluncuran semua vaksin COVID-19 dan akan terus bekerja sama dengan negara-negara untuk mengelola potensi risiko serta menggunakan ilmu pengetahuan dan data untuk mendorong respons dan rekomendasi.11-12
Penutup dan Kesimpulan
Juru bicara vaksin COVID-19, Siti Nadia Tarmizi, menghimbau masyarakat agar tidak perlu takut untuk menggunakan vaksin Astrazeneca. Ia menyatakan bahwa sudah lebih dari 160 juta orang yang diberikan dosis vaksin Astrazeneca dan WHO pun sudah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL). Terakhir, beliau juga menyarankan kepada masyarakat agar tidak memilah-memilih jenis vaksin. Menurutnya, semua vaksin saat ini bermanfaat dan aman untuk digunakan. Masyarakat juga perlu mengingat bahwa ketersediaan vaksin untuk saat ini terbatas dan risiko kematian atau penderitaan akibat COVID-19 tetap jauh lebih besar daripada risiko setelah pemberian vaksin. 8,9
Penulis: Fadhlan Dira Wagarasukma
Referensi:
1. Bayhaqi A. Komnas kipi ungkap 3 kasus kematian penerima vaksin astrazeneca [internet]. Jakarta: Merdeka; 2021 May 21 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.merdeka.com/peristiwa/komnas-kipi-ungkap-3-kasus-kematian-penerima-vaksin-astrazeneca.html
2. Nasihudin A. Penerima vaksin astrazeneca yang meninggal dunia usai disuntik bertambah satu orang [Internet]. Jakarta: Liputan6; 2021 May 17 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.liputan6.com/health/read/4559495/penerima-vaksin-astrazeneca-yang-meninggal-dunia-usai-disuntik-bertambah-satu-orang
3. Puspa H. Tiga orang meninggal usai divaksin astrazeneca, ini penjelasan komnas kipi [Internet]. Jakarta: Kompas; 2021 May 21 [cited 2021 May 22]. Available from: https://nasional.kompas.com/read/2021/05/21/05010061/3-orang-meninggal-usai-divaksin-astrazeneca-ini-penjelasan-komnas-kipi?page=all
4. Sri N. Komnas kipi ungkap daftar penyebab 30 kasus meninggal usai vaksin covid-19. Jakarta: Detik Health; 2021 May 20 [cited 2021 May 22]. Available from: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5576474/komnas-kipi-ungkap-daftar-penyebab-30-kasus-meninggal-usai-vaksin-covid-19
5. Reuters. Quebec reports first death of patient in canada following astrazeneca vaccine [internet]. Reuters; 2021 April 28 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.reuters.com/world/americas/canadas-quebec-reports-first-death-patient-due-astrazeneca-vaccine-2021-04-27/
6. The Canadian Press. Alberta reports country's second known death due to astrazeenca covid-19 vaccine [Internet]. Alberta: The Canadian press; 2021 March 8 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.cp24.com/news/alberta-reports-country-s-second-known-death-due-to-astrazeneca-covid-19-vaccine-1.5414687?cache=yes%2Fpower-play-podcasts
7. Lardieri A. Death from blood clot in australia linked to astrazeneca coronavirus vaccine [internet]. USA: USNews; 2021 April 16 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.usnews.com/news/health-news/articles/2021-04-16/death-from-blood-clot-in-australia-linked-to-astrazeneca-coronavirus-vaccine
8. Angga D. Pemerintah tetap lanjutkan pemberian vaksin astrazeneca non batch CTMAV547 [internet]. Jakarta: Sindo; 2021 May 21 [cited 2021 May 22]. Available from: https://nasional.sindonews.com/read/433308/15/pemerintah-tetap-lanjutkan-pemberian-vaksin-astrazeneca-non-batch-ctmav547-1621566322
9. Sri N. BPOM buka suara soal penghentian vaksin corona astrazeneca batch CTMAV547 [internet]. Jakarta: Detik Health; 2021 May 19 [cited 2021 May 22]. Available from: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5574343/bpom-buka-suara-soal-penghentian-vaksin-corona-astrazeneca-batch-ctmav547
10. Roy. Aman, bpom izinkan vaksin astrazeneca CTMAV547 dipakai lagi. Jakarta: CNBC; 2021 May 27. available from https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210527154410-37-248789/aman-bpom-izinkan-vaksin-astrazeneca-ctmav54-dipakai-lagi
11. Asutralian Government Department of Health. Is it true? does the astrazeneca covid-19 vaccine cause blood clots [internet]. Â Australia: Department of Health; 2021 May 12 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.health.gov.au/initiatives-and-programs/covid-19-vaccines/is-it-true/is-it-true-does-the-astrazeneca-covid-19-vaccine-cause-blood-clots
12. World Health Organization. Global advisory committee on vaccine safety (GACVS) review of latest evidence of rare adverse blood coagulation events with astrazeneca covid-19 vaccine (Vaxzevria and Covishield [internet]. Geneva: WHO; 2021 April 6 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.who.int/news/item/16-04-2021-global-advisory-committee-on-vaccine-safety-(gacvs)-review-of-latest-evidence-of-rare-adverse-blood-coagulation-events-with-astrazeneca-covid-19-vaccine-(vaxzevria-and-covishield)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H