Mengenai kasus yang terjadi di luar negeri, Health Canada menjelaskan bahwa kedua korban yang meninggal memang diakibatkan pemberian vaksin Astrazeneca. Kedua korban menderita komplikasi nan serius yang jarang ditemukan, yaitu Vaccine-Induced Prothrombotic Immune Thrombocytopenia. Kondisi ini merupakan kondisi dimana korban menderita pembekuan darah yang disertai dengan jumlah trombosit yang rendah. Namun, kondisi ini sangat jarang sekali terjadi, dengan estimasi kejadian sebanyak satu dari 100.000--250.000. Â Untuk kasus yang ditemukan di Australia, pemerintah setempat masih menginvestigasi perihal kejadian tersebut walaupun memang sudah ada praduga hasil yang serupa dengan apa yang terjadi di Kanada.5-7
Apa kata Pemerintah dan Lembaga Terkait mengenai Vaksin Astrazeneca?
Pemerintah Indonesia, melalui Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM), sudah menginvestigasi perihal batch vaksin Astrazeneca yang disebut-sebut sebagai penyebab kematian kasus pertama pemuda inisial T asal Jakarta. Batch tersebut, yaitu CTMAV547, sempat dilakukan pemberhentian pengedaran untuk dilaksanakan uji toksisitas dan sterilisasi. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, BPOM menyimpulkan bahwa batch CTMAV547 Vaksin Astrazeneca dapat digunakan kembali karena tidak terdapat keterkaitan antara mutu batch CTMAV547 dengan kasus kematian yang telah terjadi.8-10
World Health Organization (WHO) menyarankan kepada negara-negara yang memiliki kejadian serupa untuk melakukan analisis manfaat-resiko yang mempertimbangkan epidemiologi lokal (termasuk insiden dan kematian akibat penyakit COVID-19), kelompok usia yang ditargetkan untuk vaksinasi, dan ketersediaan vaksin alternatif. WHO dengan hati-hati memantau peluncuran semua vaksin COVID-19 dan akan terus bekerja sama dengan negara-negara untuk mengelola potensi risiko serta menggunakan ilmu pengetahuan dan data untuk mendorong respons dan rekomendasi.11-12
Penutup dan Kesimpulan
Juru bicara vaksin COVID-19, Siti Nadia Tarmizi, menghimbau masyarakat agar tidak perlu takut untuk menggunakan vaksin Astrazeneca. Ia menyatakan bahwa sudah lebih dari 160 juta orang yang diberikan dosis vaksin Astrazeneca dan WHO pun sudah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL). Terakhir, beliau juga menyarankan kepada masyarakat agar tidak memilah-memilih jenis vaksin. Menurutnya, semua vaksin saat ini bermanfaat dan aman untuk digunakan. Masyarakat juga perlu mengingat bahwa ketersediaan vaksin untuk saat ini terbatas dan risiko kematian atau penderitaan akibat COVID-19 tetap jauh lebih besar daripada risiko setelah pemberian vaksin. 8,9
Penulis: Fadhlan Dira Wagarasukma
Referensi:
1. Bayhaqi A. Komnas kipi ungkap 3 kasus kematian penerima vaksin astrazeneca [internet]. Jakarta: Merdeka; 2021 May 21 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.merdeka.com/peristiwa/komnas-kipi-ungkap-3-kasus-kematian-penerima-vaksin-astrazeneca.html
2. Nasihudin A. Penerima vaksin astrazeneca yang meninggal dunia usai disuntik bertambah satu orang [Internet]. Jakarta: Liputan6; 2021 May 17 [cited 2021 May 22]. Available from: https://www.liputan6.com/health/read/4559495/penerima-vaksin-astrazeneca-yang-meninggal-dunia-usai-disuntik-bertambah-satu-orang
3. Puspa H. Tiga orang meninggal usai divaksin astrazeneca, ini penjelasan komnas kipi [Internet]. Jakarta: Kompas; 2021 May 21 [cited 2021 May 22]. Available from: https://nasional.kompas.com/read/2021/05/21/05010061/3-orang-meninggal-usai-divaksin-astrazeneca-ini-penjelasan-komnas-kipi?page=all