"Orang jawa itu munafik", "cina itu pelit", "cewek itu harus lemah lembut!'. Sering kali kita mendengar ucapan-ucapan seperti itu dalam keseharian kita, bukan? Stereotip telah menjadi hegemoni tersendiri dalam masyarakat kita.Â
Narasi yang sering dilantunkan orang terdekat kita saat kita kecil seperti "Kamu jangan main sama orang etnis X ya, nanti kamu Y" membuat persepsi kita terhadap sesuatu menjadi tak kritis dan holistik dalam menilai sesuatu.Â
Stereotip sendiri menurut Cambridge Dictionary berarti seperangkat gagasan yang dimiliki orang tentang seperti apa seseorang atau sesuatu itu, terutama gagasan yang salah.(1) Stereotip ini sendiri tak ubahnya seperti udara, ada tetapi tak terlihat. Dalam konteks kehidupan sosial, kita semua pasti memiliki suatu karakteristik tertentu untuk menjadi objek stigma.(2) Stigma dan stereotip yang melekat pada diri kita memang harus kita abaikan tetapi sangat sulit untuk melakukan hal tersebut.
Dalam beberapa dekade terakhir, para ilmuwan menemukan bahwa efek dari stereotip yang melekat pada diri kita memiliki dampak yang signifikan terhadap performa kita. Dampak ini disebut dengan stereotype threat.(2,3,4) Dalam studi tersebut, orang berkulit hitam dan kaukasoid diuji. Mereka yang berkulit hitam mengalami performa di bawah rata-rata ketika tes tersebut dilabeli dengan tes diagnostik kecerdasan (dalam kondisi stereotype threat).Â
Di sisi lain, ketika tes tersebut non-diagnostik, performa antara keduanya relatif sama. Hal ini mengacu pada rasa takut melakukan sesuatu yang akan menimbulkan persepsi negatif terhadap kelompok yang mengalami stigmatisasi dimana kita menjadi anggotanya.(2,4) Akibatnya, dampak false beliefs dapat timbul terhadap kemampuan yang ada pada diri kita. Pada spektrum yang lain, stereotip digunakan sebagai validasi penindasan, eksploitasi, kekerasan, kekuatan dan hegemoni korupsi secara struktural.(4,5) Lantas, bagaimana stereotip bisa mengakar sangat kuat pada manusia?
Stereotip: konsekuensi revolusi kognitif manusia
Otak manusia telah diasah oleh proses seleksi biologis untuk mengidentifikasi dan mengelola berbagai tantangan reproductive fitness, termasuk ancaman dan peluang yang diberikan oleh kehadiran dan tindakan orang lain.(2,6) Tingginya kemampuan kognitif manusia merupakan 'ultimate perk' yang membedakan kita dengan organisme lain sekaligus membuat kita sangat dependen dari segi kehidupan sosial. Revolusi kognitif yang terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu membuat otak kita mengembangkan kemampuan berbahasa, berimajinasi, kesadaran yang memperkokoh premis manusia sebagai makhluk sosial.Â
Framework evolusi tersebut memberikan dasar argumen yang kuat, terintegrasi, dan generatif untuk memahami proses-proses ini dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar pada studi tentang stereotip. Mengapa kita melakukan stereotip? Kita melakukannya sebagai upaya otak kita untuk memprediksi secara cepat oportunitas dan ancaman yang akan terjadi. Otak kita membuat persepsi akan lingkungan berdasarkan apa yang dia lihat; kita bahkan tidak dapat melihat dunia tanpa memfilternya melalui lensa asumsi kita.(7,8)
Stereotip adalah cara utama otak kita menyederhanakan dunia sosial kita; mengurangi jumlah pemrosesan berpikir yang harus kita lakukan ketika kita bertemu orang baru.(7) Dalam perspektif evolusi, stereotip berguna untuk identifikasi individu sebagai anggota dari suatu social group lalu menyimpulkan bahwa individu tersebut memiliki sifat yang identik dengan social group tempatnya berada.Â
Pemahaman secara historis manusia ialah stereotip berfungsi untuk menyederhanakan dunia bagi kognitif (information processing). Dengan melihat individu tertentu sebagai anggota khas dari suatu kelompok, seseorang tidak perlu terlibat dalam upaya yang lebih rumit dan panjang untuk memahami dia sebagai individu yang unik.(9)Â
Dengan mengelompokkan orang ke dalam kelompok dengan berbagai sifat yang diharapkan membantu kita menavigasi dunia tanpa berkontemplasi oleh banyaknya input informasi. Faktanya, stereotip sendiri muncul sebagai fungsi dari proses konstruksi sosial yang dibangun, bukan sesuatu yang bawaan (innate).(10) Apabila konstruksi sosial ini mengakar sangat kuat pada manusia, lantas siapa yang perlu disalahkan?