Sisi Gelap dari Ekonomi Vaksin
Sementara penelitian dan pengembangan vaksin dilakukan oleh banyak perusahaan farmasi, pembuatan vaksin skala besar dilakukan oleh oligopoli produsen besar. Salah satu artikel New York Times bulan Maret 2020 mendeskripsikan efek politik dari struktur pasar ini, yakni pemerintah tahu bahwa vaksin apapun yang dikembangkan di laboratorium pada akhirnya akan diproduksi oleh perusahaan farmasi besar.Â
Pada titik kritis Pandemi COVID-19 ini, tidak ada pakar kesehatan yang mau secara terbuka mengkritik perusahaan obat. Akan tetapi, secara pribadi mereka mengeluh bahwa farmasi adalah penghambat utama dalam mengembangkan vaksin yang menyelamatkan nyawa. [17,18]
Kekuatan oligopoli ini memungkinkan produsen vaksin untuk terlibat dalam diskriminasi harga, seperti harga vaksin yang kerap kali dinaikan menjadi dua kali lipat lebih tinggi daripada biaya produksi yang dinyatakan produsen.Â
Tak jarang, perjanjian penjualan mengharuskan pembeli merahasiakan harga dan menyetujui untuk melakukan pembatasan nonkompetitif lainnya. Kerahasiaan harga vaksin sangat merugikan pembeli vaksin dalam negosiasi harga. Hal itu membuat analisis harga pasar menjadi sulit dan menghalangi upaya untuk meningkatkan keterjangkauan harga. [20]
Kesimpulan
Proses pengembangan vaksin adalah proses yang kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Namun, hal ini bukanlah tanpa alasan. Peneliti harus memastikan bahwa vaksin yang diproduksi aman, efektif, dan terjangkau.Â
Oleh karena itu, sembari menunggu vaksin yang pasti memakan waktu yang lama, kita tidak boleh lengah dalam menekan angka positif COVID-19 dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku dan PSBB. Lagi pula, tanpa adanya pengetatan PSBB, ekonomi pun tak kunjung membaik.Â
Bicara soal ekonomi vaksin dapat dikatakan sebagai intervensi kesehatan paling hemat dan dapat memulihkan keadaan ekonomi Indonesia. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa vaksin bukanlah strategi jangka panjang yang tepat untuk ekonomi. Mulai dari investasi vaksin yang berisiko tinggi hingga masalah pemasaran dan pendistribusian vaksin menjadi alasan mengapa vaksin diragukan dalam memulihkan ekonomi.Â
OLEH: John Christian dan Ghina Rania
Referensi