Mohon tunggu...
Keristin Oktalia
Keristin Oktalia Mohon Tunggu... Aktris - Mahasiswi Stikom Bandung

penulis naskah film, novel, puisi, lirik lagu,dll

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kejora Terselubung

4 Agustus 2018   19:56 Diperbarui: 5 Agustus 2018   17:40 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sedang menunggu

Sesuatu yang tak tentu

Aku sedang menanti

Menanti yang tak pasti

Aku hanya termenung seorang diri

Di tengah ilalang yang sedang asyik menari

Dikala itu

Saat aku mengenalmu

Aku tak tahu ini apa

Gemetar tubuhku merasakannya

Merona pipiku dibuatnya

Saat kau berdiri di hadapanku

Betapa aku menjadi kaku seperti membeku

Bila membuka sepatah kata

Sulitnya bibirku membuka suara

Apa ini perasaanku?

Aku hanyut dalam tatapanmu

Jika kau memang lebah yang ku dambakan

Akankah aku menjadi bunga yang kau singgahi untuk pertama dan terakhir?

Jika kau memang lebah yang selama ini ku nantikan

Akankah kau selalu singgah padaku atau hanya sementara lalu mencari bunga yang baru?

Atau jika kau seorang yang sedang berlayar

Akankah aku jadi tempat pelabuhan terakhir yang kau cari?

Jika suatu saat kita ditakdirkan untuk berlayar mengarungi samudera berdua

Akankah kita terus mengemudikan kapalnya?

Walau badai dan ombak mencoba menghadang

Lalu jika aku menjadi bulan di tengah gelap gulita

Apakah kau selalu menjadi bintang yang menemani sunyiku?

Andaikan kau tahu

Inilah perasaanku

Kau mungkin tak tahu

Ada kejora terselubung dalam benakku

Setiap ku memandangmu

Kejora itu semakin terpancar walau tak terlihat olehmu

Aku berusaha menyingkirkan pancaran itu

Namun ia selalu berputar di otakku

Mengalir dalam denyut nadiku

Lalu singgah dihatiku

Mungkinkah suatu hari nanti kau tahu?

Mungkinkah suatu hari kau melihat kejora itu?

Kejora yang selama ini terselubung

Dibalik dinginnya sikapku

Entahlah, aku biarkan semua itu mengalir seperti air begitu saja

Aku juga membiarkan bunga merekah dengan indahnya

Lalu ku biarkan dedaunan berguguran mengelilinginya

Lalu angin akan membawanya dan membisikkannya ke telinga indahmu

Kemudian ku biarkan kupu -- kupu beterbangan kesana - kemari

Ku biarkan pohon dan bunga menjadi tempat kupu - kupu bernaung

Dibalik sayap lemahnya

Sampai kau melihatnya

Apa kau melihat semua itu?

Apa kau mendengar isi hatiku?

Apakau merasakan tatapan yang semakin larut seiring ukiran namamu?

Semakin melekat menguasaiku

Ku harap kau melihatnya

Suatu hari nanti

Kau akan mendengar kalimat yang tak pernah ku ungkapkan

Dari bibirku yang terdiam beribu bahasa selama menatapmu

Suatu saat nanti, kau dapat melihatkejora terselubung itu

Yang akan terpancar dibenakmu

Untuk menyatukan dua insan yang lagi tak bersama

Yaitu kau dan aku yang kemudian menjadi kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun