...
Ingin sekali rasanya aku bebas
Meluapkan segala yang dibenakku
Tanpa siapapun yang mengganggu
    "Yes! Akhirnya tugasku selesai", Ketrin tersenyum kegirangan.Tak lupa ia berikan judul pada puisi itu. "Biarkan Aku Berekspresi" Itulah judulnya.Mewakili pengalaman pahitnya yang dahulu kala menerpa.Ia memperhatikan dengan seksama setiap kata yang tertulis didalamnya. Berharap ia bisa melupakannya.
   "Aku harap dengan puisi ini aku bisa tetap berekspresi ditengah sunyi.Berekspesi dengan bebas.Tanpa ada siapa pun yang menghalang. Aku harap
kedepannya akan tetap tersenyum. Tanpa ada mulut -- mulut tajam yang menghujam".Ketrin mengungkapkan harapanya dalam hati.
      Peralatan tulis itu dimasukkannya ke dalam tempat pensil. Tak lama kemudian, ia mendengar keributan. Dengan penasaran, ditinggalkannya tugas itu diteras rumahnya.Lalu menghampiri sumber suara.Dilihatnya dua laki -- laki yang menjadi korban Bullying oleh teman -- temannya.Ketrin memperhatikan sejenak. Sepertinya ia pernah melihat kedua laki -- laki itu sebelumnya. Tapi ia lupa dimana.
      "Dasar orang gila!", ejek salah satu temannya. "Aku bukan orang gila! Aku orang kaya!", tegas salah seorang lelaki itu. "Iya, kayak gelandangan! Hahahaha ....", ejek teman -- temannya. "Liat, tuh!Pakaian bolong -- bolong kayak nggak punya duit untuk beli baju. Hahaha ....", salah seorang temannya menarik baju dua lelaki itu. "Kata siapa?Kami mampu, kok", ujar salah seorang lelaki yang satunya lagi."Kalau mampu, kenapa masih pakai baju yang bolong -- bolong itu? Kenapa nggak sekalian kalian bawa karung, botol -- botol minuman bekas supaya terlihat seperti ...", salah seorang temannya menertawakan. "Pe ... mu ... lung! Hahahahaha ....", teman -- temannya melanjutkan sambil tertawa terbahak -- bahak.
      "Cukup! Cukup! Kalian apa -- apaan? Menghina seenaknya!", akhirnya Ketrin memberanikan diri melerai mereka. "Situ siapa? Jangan ikut campur!", salah seorang membentak. "Aku memang nggak kenal mereka.Tapi tolong jangan hina mereka seperti itu.Sesama manusia kita tidak boleh saling menghina. Kalau memang mereka membuat kesalahan atau mengganggu kalian. Kalian bisa kan bicarakan dengan mereka?", Ketrin menasehati dengan tegas.serta panjang lebar. "Kita bubar aja, yuk! Huuuh! ", teman -- temannya bersorak. "Kalian nggak apa -- apa?", tanya Ketrin. "Iya. Terimakasih, ya ....", sahut mereka pelan.
       Ketrin mengajak mereka ke rumahnya.Mengajaknya bercerita.