Mohon tunggu...
Angkatan Keris 18
Angkatan Keris 18 Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Official Keris 18 Surabaya Selatan

Taqwa, Intelektual, Profesional

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Serta Merta Sejarah Berdirinya PMII Terkait Hal-hal Positif, Ada Juga Hal-hal Politik

27 September 2019   20:28 Diperbarui: 27 September 2019   21:06 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berbicara mengenai mengapa ketua umum PB PMII pertama adalah Mahbub Junaidi, padahal dengan jelas mahbub junaidi bukan termasuk 13 tokoh dalam perumusan beridirinya PMII. 

Selain orang yang pintar, baik pengalaman atau dalam segi karya tulisanya, intelektualitasnya, ialah dalam segi politik Mahbub Junaidi lebih unggul dari yang lain. Sepak terjang beliau sangat gemilang, networking beliau sangat profesional, Mahbub Junaidi ialah salah satu dari 3 orang yang masuk Istana Presiden dan berdialog secara langsung dengan presiden Soekarno tanpa dihadang keamanan. 

Jika dilihat dari peryataan seperti itu maka tidak heran jika Mahbub Junaidi dijadikan ketua umum PB PMII pertama dengan harapan PMII kedepan akan lebih maju dan berkembang. Itulah alasan mengapa para perumus menjadikan Mahbub Junaidi menjabat ketua umum PB PMII pertama tidak lain ialah karena politik.

Sekarang kita meloncat pembahasan pada tahun 1972, tepatnya pada tanggal 14 Juli. Terjadi peristiwa besar dalam historis PMII, yang mana pada saat itu PMII mendeklarasikan independensi atau memutuskan hubungan dengan NU (Baca sejarah PMII). 

Dalam buku Pemikiran PMII Dalam Berbagai Visi dan Persepsi, karangan Chairul Anwar dan Efendy Choirie. Dijelaskan ada 3 motif yang melatarbelakangi independensi PMII, yaitu: sebagai proses pendewasaan, sebagai pernyataan sakit hati dan yang terakhir sebagai taktik. Kita fokus dalam pernyataan sakit hati karena pada saat itu banyak kader PMII yang kompeten, tapi tidak pernah diberi kesempatan untuk duduk dikursi legislatif maupun eksekutif. Padahal NU pada saat itu masih menjadi partai politik, seharusnya NU memperhatikan keluhan PMII itu. 

Sederhananya motif independensi PMII hanya karena kursi legislatif dan kursi eksekutif. Maka tidak heran apapun yang melatarbelakangi kejadian dalam historis PMII tidak terlepas dari prihal politik dan dengan faktor sakit hati.

 Ini alasan mengapa sampai saat ini kader-kader PMII tidak terlepas dari hiruk-pikuk, caut-maut prihal politik baik didalam kampus ataupun diluar kampus, terlepas dari sifat dan tujuan PMII yang tertera dalam AD/ART PMII.

wallahul Muwafiq ila Aqwamit Thariq

Salam Pergerakan!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun