"Bertukar sementara, bermakna selamanya," slogan ini menggelorakan semangat pertukaran mahasiswa merdeka yang akan selalu saya simpan dalam relung sukma.
Setelah hampir dua dekade meniti perjalanan di tengah hiruk pikuk kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, tekad saya semakin kuat untuk mengarungi lautan dunia pendidikan, keluar dari tempat ternyaman dimana saya berjuang hingga bangku perguruan tinggi. Alam seolah mendukung langkah saya, memperpanjang tangan melalui bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, saya akhirnya bisa melangkah tegar di tanah Karnaval, Kabupaten Jember, melalui Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch III.
Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka bagi saya merupakan jendela ke dunia pendidikan yang tak terbatas, di mana pengetahuan akademis hanyalah bagian dari perjalanan mendalam untuk memahami kekayaan budaya dan meluaskan perspektif akan kebhinekaan Indonesia. Sebagai mahasiswa yang berpartisipasi dalam program ini, perjalanan saya di Jember, Jawa Timur, telah menjadi perjalanan yang menakjubkan dan memberi harapan bagi saya untuk menceritakan ke dunia tentang pengetahuan baru yang saya dapat disini.
Terletak di timur Pulau Jawa, Jember menghadirkan pesona alam yang memukau dan keramahan masyarakatnya yang luar biasa. Melalui serangkaian Modul Nusantara yang telah terlaksana, saya menemukan keunikan yang menarik, juga merasakan keistimewaan dari Jember. Tenang saja, hal yang indah ini tidak akan saya nikmati sendiri, melainkan akan saya ceritakan kepada kalian, melalui artikel yang baru beberapa paragrafnya telah kalian baca.
Dalam artikel ini, saya tidak akan mengulang setiap kegiatan Modul Nusantara yang telah saya lalui, melainkan akan saya rangkai kepingan kenangan yang paling tersemat dalam hati, ketika mengunjungi Museum Huruf dan Museum Tembakau di Kabupaten Jember. Mungkin bahasan ini terlihat kuno dan banyak dilupakan di zaman yang semakin maju. Namun, dalam kisah-kisah yang seakan telah pudar, kekayaan sejarah dan budaya pada Museum Huruf dan Museum Tembakau tetap menarik bagi mereka yang menganggapnya berarti.
Pertama, mari jelajahi Museum Huruf bersama saya dan teman-teman kelompok 3 Modul Nusantara Universitas Jember. Jadi, kunjungan ke Museum Huruf merupakan kegiatan Refleksi yang masuk dalam rangkaian kegiatan Modul Nusantara Kelompok 3. Dengan mengusung tema “Guided Imagery”, mahasiswa diajak untuk menjelajahi dunia huruf. Tokoh yang menjadi narasumber dalam kegiatan refleksi ini adalah Ade Sidiq Permana, selaku pendiri dan pengelola Museum Huruf Jember.
Pada awal kegiatan, narasumber memberi gambaran singkat tentang terbentuknya Museum Huruf, serta memperkenalkan secara singkat tentang beberapa jenis aksara di wilayah Indonesia. Setelah itu, tibalah saatnya kami melihat secara langsung isi dari bangunan Museum Huruf ini. Dalam ruangan yang tampak kecil, namun dipenuhi dengan kekayaan budaya yang tak ternilai, saya merasa seakan berada dalam suasana yang berbeda, di mana aksara-aksara, serta replika dari huruf yang membentuk kata didunia ini diletakkan dengan penuh kehormatan. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi bersama narasumber tentang sejarah dan makna huruf, serta merenungkan peran huruf dalam budaya.
Melalui pengalaman tak terlupakan di Museum Huruf, pandangan saya terhadap aksara dan huruf dalam peradaban Indonesia, bahkan dunia, berubah secara signifikan. Tidak bohong, sebelumnya, topik tentang huruf tampaknya hanya sekadar perincian yang kurang menarik dalam kehidupan saya. Namun, setelah menyelami kekayaan Museum Huruf Jember dan mendengarkan penjelasan mendalam dari narasumber yang berdedikasi, saya sadar bahwa huruf tidak hanya sekadar simbol, melainkan inti dari komunikasi yang menyatukan manusia secara global. Tanpa kehadiran yang seolah tak bernama ini, tidak akan ada kemudahan dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, atau pengetahuan. Sebuah penghargaan yang mendalam terhadap keberadaan huruf telah memunculkan kesadaran baru dalam diri saya tentang pentingnya menjaga warisan budaya yang terkandung dalam setiap aksara yang digunakan di Indonesia maupun dunia.
Kita bergeser ke Museum Tembakau Jember. Kunjungan ke Museum Tembakau merupakan bentuk dari kegiatan Kebhinekaan dalam Modul Nusantara. Lantas, mengapa kegiatan modul kali ini pergi ke Museum Tembakau? Jadi, sesuai dengan tema kebhinekaan yaitu "Komoditi Daerahku", maka mahasiswa pertukaran harus mempelajari tentang komoditi khas daerah Jember, yaitu tembakau yang sudah terkenal hingga mancanegara. Narasumber pada kegiatan ini adalah perwakilan dari pihak museum tembakau yaitu Bapak Sunito. Disini, saya bersama teman-teman kelompok 3 memulai petualangan dengan berkeliling museum, tujuan utamanya adalah untuk mengenal beragam komoditi dan jenis dari tembakau yang khas dari daerah Jember. Melalui pemahaman akan komoditi lokal, kami dapat merenungkan makna yang lebih dalam, yaitu mengenali dan menghargai kekayaan daerah sendiri.
Selama perjalanan, kami juga aktif berdiskusi dengan narasumber sekaligus pemandu yang menjelaskan isi museum tembakau, memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang warisan budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya. Saya juga mendapatkan wawasan baru, bahwasannya tembakau merupakan komoditi yang berpengaruh besar terhadap kemajuan ekonomi di Indonesia, khususnya pada masyarakat di Kabupaten Jember. Didaerah saya Kupang, Nusa Tenggara Timur, saya tidak pernah melihat langsung bentuk dari daun tembakau, tidak pernah terbayang bahwa suatu hari nanti saya dapat mengunjungi daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia dan melihat langsung bentuk daun tembakau, beserta dengan penjelasan tentang sejarah dan perkembangannya di Indonesia. Dengan begitu, kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana untuk memahami warisan daerah, tetapi juga sebagai refleksi diri dan apresiasi terhadap kekayaan bangsa. Disini, nama Kabupaten Jember sebagai daerah penghasil tembakau terbaik dan terbanyak di Indonesia dilambungkan, selanjutnya akan dibawa oleh setiap kami para mahasiswa pertukaran, sebagai cerita membanggakan ke setiap sudut-sudut bumi pertiwi.
Disetiap kegiatan ini, kami tidak sendiri, selalu ada arahan dan bimbingan dari Dosen Pendamping Lapangan Ibu Nurul Dwi Novikarumsari, S.P., M.Si beserta Mentor Kelompok 3 yang dipanggil Kak Raisa.
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa, tulisan tentang Museum Huruf dan Museum Tembakau akan berakhir disini, tetapi cerita saya tentang Jember dan keistimewaannya akan terus berlanjut, hingga kita berjumpa di ruang baca selanjutnya.
Salam hangat,
Keren Sharon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H