Mohon tunggu...
Renita Yulistiana
Renita Yulistiana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

I wish I found some better sounds no one's ever heard ❤️😊

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Berkata Kasar, Apakah Sebuah Kesalahan?

13 Maret 2022   05:32 Diperbarui: 14 Maret 2022   20:31 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu memarahi anak (sumber: freepik.com via parapuan.co)

Anak adalah cerminan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Sebagai orang dewasa, yang kebetulan menjadi pendidik---terlalu dini jika harus menyimpulkan baik atau tidaknya anak, hanya dari ujarannya. 

Luapan emosi dengan beberapa kata kasar dan kotor yang sumbang di telinga. Adakalanya harus kita telan pada saat bertugas di lapangan. Sebut saja; anjing, babi, goblok, monyet, banci, dan lainnya yang mungkin bisa lebih parah.

Sebagai pendidik, tentu hal ini membuat resah. Bagi saya, ini bukan persoalan moral satu anak. Tapi, juga satu kelompok. 

Alih-alih membantu pembelajaran---nyatanya, pendidik berisiko disalahi oleh orangtua, hanya karena sebuah ujaran. "Kok anak saya jadi gini", "Mental anak saya jadi rusak", "Bisa gak kalau anak itu, tidak ada di sini", dsb.

Hal di atas adalah sebuah kewajaran. Pendidikan yang digadang sebagai investasi jangka panjang, harusnya menjadi tempat aman---bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Lalu, kenapa anak bisa berkata kasar? Apakah lingkungan menjadi faktor terbesar?

***

Berdasarkan pengamatan pribadi dan referensi berbagai sumber, banyak sekali faktor yang menyebabkan anak meluapkan emosi kurang tepat.

Ya, saya menyebutnya begitu. Kesenjangan sosial, adalah satu hal paling kentara---kenapa ini bisa terjadi. Semua anak tidak bernasib untung, memiliki pola asuhan yang bijaksana. 

Pun lembaga pendidikan, formal maupun non-formal---tidak semuanya tahu dan menerapkan disiplin positif.

Lantas, apakah semakin bagus lingkungan dan sekolah, semakin baik juga karakter anak? Jawabannya iya, tapi belum tentu. Kita tidak bisa menampik, keluarga dan teknologi juga mengambil peranan besar di sini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun