Mohon tunggu...
Putri Dita
Putri Dita Mohon Tunggu... Freelancer - Fulltime jobseeker | Parttime Writter

Sedang Writer's block

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Nyai

29 Juli 2021   22:23 Diperbarui: 29 Juli 2021   22:44 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" cu....kamu semenjak kapan bermain dengan dia ? nenek gak suka kamu main dengan dia. Sudah sekarang kamu tidur dan jangan kesana lagi." nenek membawaku kedalam pelukanya. Samar-samar aku mendengar nenek bergumam. Seperti merapalkan doa-doa dan langsung ia meniupkannya ke kepala dan mataku. Aku pun jatuh tertidur. Itulah terakhir kali aku melihat perempuan itu. Saat umurku 5 tahun. Dia Melambaikan tangan dari balik pohon dan raut mukanya terlihat sedih.

Bukan hanya makanan saja. Semua perempuan yang pernah dekat dengan ku, selalu saja mundur secara perlahan. Mereka selalu meninggalkan setelah kami kencan beberapa kali. Lalu hilang entah kemana. Ada satu dua orang yang aku temui kembali. Aku meminta penjelasan pada mereka. Mereka bilang, ada seorang perempuan cantik yang menemui mereka dan meminta mereka menjauhi ku. Mereka bilang perempuan itu baik, ramah, dan cantik.

Siang tadi teman-teman ku merayakan ulang tahunku. Kami merayakannya dengan mengadakan makan-makan ditempat favorit kami selepas isya sampai tengah malam. Aku sampai di apartemen sekitar pukul 24.30. berhenti di depan pintu untuk mencari cari kunci di saku jaket ku. Seperti biasa, dimeja makan sudah terhidang makanan lengkap dengan buahnya. Kali ini nasi tumpeng dengan berbagai lauknya. Mungkin dia bermaksud merayakan ulang tahun ku juga. Aku tersenyum kecut.

Bulan bersinar sempurna dilangit sana. Purnama. Sayup-sayup dari dalam kamar ku terdengar suara perempun sedang menyanyi. Sangat lirih. Jantungku berdetak kencang. Siapa yang berada dalam kamar ku ? atau lebih tepatnya apa ? Dengan segala keberanian, aku melangkah sedikit demi sedikit menuju kamar. Pintunya terbuka sedikit. 

Dan disana. Didalam kamarku. Didepan sebuah lemari bercermin, seorang perempuan tengah berdiri sambil menyisir rambut panjangnya, dia mengenakan kebaya yang sama tuanya dengan kebaya yang dipakai nenek ku. Nafasku terhenti berbarengan dengan nyanyian nya yang terhenti. Kami sama-sama diam. Dengan kesadaran yang aku paksakan, aku segera berlari keluar dari apartemenku. Kemana saja asal tak sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun