Mohon tunggu...
Ken Terate
Ken Terate Mohon Tunggu... Administrasi - Penenun Kata

Ken Terate adalah pekerja teks komersial. Ia tinggal di Yogyakarta. Kebahagiaannya tersangkut pada keluarga kecilnya, secangkir teh, buku, drama, dan obrolan ringan.

Selanjutnya

Tutup

Love

Melihat dari Luar (Tentang Perselingkuhan, Ghosting, dan Lain-Lain)

2 April 2021   20:41 Diperbarui: 2 April 2021   20:48 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Seorang teman pernah cerita ia terpaksa meng-ghosting pacarnya karena ada ketidakcocokan di antara mereka. Ani, sebut saja begitu, memblokir segala jalur kontak. Apa pun usaha si pacar untuk menghubungi nggak ia gubris. Sebisa mungkin Ani menghindar. "Kok nggak putus baik-baik?" Sudah. Ani sudah berusaha ngomong baik-baik. Tapi pacarnya nggak mau putus. Ani merasa lama kelamaan si cowok ini mengganggu dan mengarah pada pribadi toxic. Itu terbukti setelah Ani pergi, si cowok tetap berusaha 'stalking' dengan cara yang membuat Ani ngggak nyaman. Bisa jadi si cowok ini cerita ke mana-mana bahwa ia korban ghosting dan itulah yang tertangkap oleh orang-orang.

Nggak, saya tidak sedang membicarakan kasus si anak presiden, wong saya nggak ngerti sama sekali soal itu. Saya sama sekali nggak ngerti gimana mereka pacaran, gimana selama ini mereka berkomunikasi atau apakah ada masalah di antara keduanya. Sebenarnya saya malah nggak tahu apakah si anak presiden punya pacar. Hehe, nggak penting bagi saya. Kalau yang punya pacar adik saya, nah, itu baru penting.

Saya hanya hendak menggaris bawahi bahwa banyak sekali yang nggak kita ketahui tentang orang lain, apalagi bila itu menyangkut hubungan pribadi. Nggak perlu lah kita menghujat atau menghakimi.  Sekadar menggosipkan? Ya okelah, buat tahu-tahu aja. Bagaimana pun kita butuh kisah orang lain buat pelajaran dan mewarnai hidup, ye kan? Menurut Yuval Harari, gosiplah yang membuat manusia bertahan dan nggak punah (ups ini masalah lain. Kapan-kapan kita gosipin, eh kita bahas yuk).

Intinya nggak perlu lah kita bermulut pedas. Dan cepat pula. Sudah berkali-kali juga ada berita sensasional di medsos yang beberapa saat kemudian ketahuan tidak benar, settingan, bohongan, atau memang hoax. Kan jadi malu juga kita ketahuan termakan. Apalagi kalau komentar kita (yang keliru) tersebar dan jadi jejak digital. Panjang urusan.

Well, balik lagi ke ranah hubungan pribadi. Orang yang tidak terlibat langsung bagaimana pun hanyalah pengamat dari luar yang pengetahuannya sangat terbatas. Jadi, silakan bayangkan dulu ratusan kemungkinan di balik kisah yang tampak di mata. Kemungkinan sih, setelahnya Anda udah nggak nafsu untuk menghakimi atau menghujat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun