Mohon tunggu...
Ken Terate
Ken Terate Mohon Tunggu... Administrasi - Penenun Kata

Ken Terate adalah pekerja teks komersial. Ia tinggal di Yogyakarta. Kebahagiaannya tersangkut pada keluarga kecilnya, secangkir teh, buku, drama, dan obrolan ringan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekerasan di Sekolah, Mari Kita Akhiri

16 Agustus 2016   16:16 Diperbarui: 18 Agustus 2016   06:11 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mari kembalikan urusan mendidik anak ini pada pihak yang paling bertanggung jawab: yang punya anak.

Seyogyanyalah orangtua berjibaku dengan sekolah dalam mendidik anaknya. Alih-alih memandang sekolah sebagai ‘bengkel mobil’ yang pokoknya mobil masuk, saya bayar, nanti keluar beres semua, mari kita lihat sekolah sebagai keluarga kedua yang syukurlah mau berbagi tanggung jawab mendidik anak-anak kita. Bantu sekolah bila ada yang bisa dibantu. Artinya kita nggak boleh dong tiduran di sofa nonton sinetron sementara anak-anak kita suruh ngerjain PR (lalu marah-marah sama gurunya apabila ia menghukum anak kita karena PR-nya salah semua).

Tidak adil bila kita menyalahkan sekolah atas semua masalah di dunia ini, mulai dari narkoba, rokok, tawuran, bullying hingga jalan tol yang macet. Beban sekolah sudah amat berlebih karena dititipi banyak pesan oleh kementrian ini itu. Ada titipan dari kementrian agama agar masyarakat sholeh-sholihah, dari kementrian industri biar nggak ada pelanggaran hak cipta, dari kepolisian biar remaja nggak sliwer-sliwer naik motor tanpa helm dan SIM,dan BKKBN biar nggak pada kawin muda. Serius ini. Kalau saya jadi kepala sekolah sih, saya sudah mutung dan pilih mengubah sekolah saya jadi bimbingan tes. Tanggung jawab saya hanya mengantar murid lulus tes. Titik. Soal anaknya di rumah nonton film porno, bukan urusan saya.

Tugas utama orangtualah untuk menjamin kelakuan moral anaknya karena yah, semua berawal dari keluarga bukan? Nah tugas utama guru saat ini adalah belajar ‘cara-cara kreatif menghadapi murid berisik, membangkang, dst.’ Kan mestinya ada banyak caranya toh. Dan yang paling utama adalah menjadi guru yang pantas dihormati. Saya ingat guru-guru yang baik selalu diperlakukan dengan baik juga oleh murid. Guru-guru yang melecehkan juga dilecehkan. Guru-guru yang galak, dibenci diam-diam –atau terang-terangan--. Jadi mari bergandeng tangan, bahu-membahu, bantu-membantu, dalam kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun