“Ahh, kau hanya menyusahkanku. Pergilah sana. Aku ingin menari sendiri!"
Badan berlari di antara semak menuju bukit. Menari dan bernyanyi melepas semua dahaga jiwa.
 Bayang terdiam bercengkrama bersama sepi.
Hei sepi, katakan untuk apa dulu aku minum bersama?
Sepi tidak menjawab, hanya tertawa terbahak bahak.
Bayang lagi lagi bertanya pada sepi, Â aku ini siapa?
Sepi tidak menjawab, hanya terbahak bahak..
Kamu itu bodoh, jawab sepi. Tapi kamu lebih bodoh lagi jika hanya terdiam di sini. Menjadilah bayang seperti takdirmu. Tidak perlu banyak bicara atau tanya. Jagalah badan  dengan kediamanmu. Jalanilah takdirmu dengan ikhlas, karena bayang tidak akan pernah ada, Seperti dirimu. Kemayaan yang nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H