Teman? Oh Fleur, pasti dia bukan teman biasa. Tadi engkau keliatan kasmaran, sekarang nyatanya ada lelaki yang telah janjian bertemu.
“Maafkan dia, memang dia sering begitu. Dia hanya ingin melindungiku.” kata Fleur pada mark.
“Ohh gak apa. Hai Schatje, salam kenal ya.. " Mark menyapaku sambil menepuk nepuk kepalaku.
"Kurang ajar sekali ikut panggil panggil Schatje memang aku apaan mu?” teriakku dalam hati.
‘Schatje, plis minggirlah, aku hendak ngobrol bersama Mark."
Aku bergerak menjauh. Andai yang meminta bukan Fleur cantikku aku tidak akan mau berpindah tempat. Dengan hati dongkol aku mengawasi mereka dari jarak sepuluh meteran. Entah apa yang mereka bicarakan. Mereka membelakangiku. Di tepi kolam, di tengah padang ini.
Sudah 2 jam mereka berbincang. Teganya mereka aku dijadikan patung di belakang mereka. Ehmm.. apa itu. Perlahan mereka berubah posisi, berhadapan. Hah, apa yang akan mereka lakukan. Fleur seperti terpejam. Oh tidak, tidak rayuan macam apa sehingga Fleur mau dicium lelaki itu. Aku harus hentikan. Mereka nampaknya sama sama terpejam. Aku harus melakukan sesuatu .Aku mendekat. Mark sudah memajukan bibirnya ke Fleurku. Segera aku hadang dengan bibirku!
“Oh noooo…Huekss..” Mark berteriak kaget saat merasakan bibirku di bibirnya. Langsung dia seperti hendak muntah. Memang sengaja aku tumpagkan semua liurku ke bibirnya. Aku tertawa. Fleur juga kaget. Tapi ikutan tertawa. Sambil memukulku geli.
"Oh Schatje, kau kuda paling usil sedunia!! "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H