Kembali ku tatap mata itu, mata Je Zee. Semakin indah. Perlahan jemari ini melepaskan diri dari genggamannya lalu  mengusap pipi wajah laksana bidadari itu.
"Cinta? Jika engkau mencari hakekat cinta, tiadalah kata yang sanggup mengungkapnya. Cinta hanya bisa dirapal dan dirasakan. Cinta adalah aliran darah yang mengalir di setiap nadimu. Dia ada ketika engkau ada. Dia lahir bersama masa. Dan tidak akan mati meski jasad telah terkubur di perut bumi. Dan apakah engkau bertanya, kenapa ku mencintaimu? Diam. Diamlah di situ"
Angin malam mengalir lembut di antara tubuh ini. Sang rembulanpun tersenyum saat sepasang tangan ini merengkuh tubuh bidadari lalu mengecup keningnya sambil berbisik. "Inilah cinta, yang hanya bisa engkau rasakan bersama degup jantung dan hembusan nafas. Bukan dengan kata atau ucapan."
Rembulanpun memadamkan cahayanya. Membiarkan para binatang malam menciptakan senandung cinta di antara silhuet silhuet yang bergerak bersama angin malam yang semakin kencang berhembus.
****
Bumi bergoncang tiada terperi. saat ku dengar Abi berteriak, "Zahra, cepat keluar!". Tapi semua tiba tiba gelap dan tubuhku terasa lunglai. Di antara setengah sadar, ku rasakan tubuhku diambil dan didekap sosok kuat yang selama ini menggendongku. Abi. Pelukan itu semakin erat. Membenamkan seluruh tubuhku di dalam dekapan. Â Samar ku dengar teriakan orang orang di sekitar. Gempa. Di ujung kesadaranku, ku dengar suara mengaduh dan ucapan pelan kalimah syahadah. Lalu gelap. Entah berapa lama aku dalam dekapan abi, saat ku membuka mata. Aku masih berada di dalam pelukan abi, yang diam tidak bergerak. Â Dari kepalanya, bisa kulihat warna merah membasah bercampur reruntuhan rumah yang tiada lagi berdiri.
***
Je Zee berjalan dengan gaun hitam sambil membawa sekeranjang bunga tujuh rupa. Sampai dekat sebuah pohon kemboja, ia bersimpuh. Wajahnya  begitu sendu dan matanya bagai kaca tertimpa sinar sang surya.
"Mas, masih ingatkah dirimu? Tentang apa itu cinta? Sampai kemarin aku masih saja belum mengerti sepenuhnya apa itu cinta. Hingga saat ini. Iya, Saat ini, saat di mana engkau tidak bisa aku peluk, baru aku mengerti apa itu cinta yang engkau maksud. Cinta bukanlah hanya ego untuk memiliki. Tapi cinta lebih pada untuk memberi. Sebagaimana engkau telah berikan semua cinta pada diriku. Tiadalah perlu kata -kata hampa, melainkan mengalirkan rasa pada jiwa dan raga. Mas, tidurlah engkau bersama Sang Pemilik Cinta. Karena Dia juga juga mencinta pada dirimu yang mencintaiku karena Dia. Tunggulah diri ini, bersama buah  cinta kita, Zahra, untuk berkumpul lagi di tanah penuh cinta nan abadi.
Â
-----