Mohon tunggu...
Ken Satryowibowo
Ken Satryowibowo Mohon Tunggu... Freelancer - Covid Bukan Canda

Pencari pola. Penyuka sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bercermin dari Atas Bendung Tukad Mati

29 November 2021   10:27 Diperbarui: 29 November 2021   11:34 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pulau Dewata kini mulai pulih. Setelah sekian lama nyaris lumpuh akibat pandemi. Turis lokal dan mancanegara sudah mulai pelesir ke sana. Setelah sekian lama rindu Bali. Usaha kecil dan menengah juga perlahan bangkit. Setelah sekian lama berpuasa transaksi. Perekonomian berbasis pariwisata pun menuju tumbuh. Setelah sekian lama lesu.

Betapa pun Covid masih belum lenyap, Bali harus tetap prima. Bahkan mesti bertambah superior. Maka, rupa-rupa dukungan dibutuhkan oleh Bali. Juga daerah lain. Yang tengah sama-sama menuju pemulihan. Pun dukungan itu mesti digelar oleh seluruh pemangku kepentingan. Pula, sokongan ini mesti mengalir ke seluruh sektor. Utamanya ke bidang yang beririsan dengan wisata.

Sektor pariwisata, Anda sudah tahu, sangat elastis terhadap kecukupan infrastruktur. Sarana-prasarana penunjang pariwisata ada yang sifatnya antisipatif, ada pula yang akseleratif. Bali, sebagai objek pariwisata internasional, mesti mengantisipasi segala-gala kemungkinan yang bisa mendelegitimasi reputasinya sebagai tujuan pelesir kelas dunia.

Sebagai misal, bagaimana jika di musim hujan ini, episentrum wisata di Denpasar banjir, lalu berita itu meluas hingga ke telinga para turis di luar negeri? Bukankah kabar itu akan mengerdilkan rencana turis datang dan berjemur di pantai? Akan bagaimana citra Bali? Apa kata dunia?

Karenanya, perlu antisipasi. Ya, antisipasi yang nyata. Dalam bentuk infrastruktur penahan banjir, misalnya, sebagaimana pembangunan bendung Tukad Mati di Badung. Prasarana yang dibiayai oleh APBN melalui Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Proyek tersebut dimaksudkan untuk pengendalian banjir di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, termasuk area Kuta, Seminyak, dan Legian yang menjadi pusat kegiatan pariwisata internasional.

Sebelum dikembangkan, Tukad (sungai) Mati yang memiliki panjang 22,5 km tersebut sudah tidak mampu menampung debit air di saat hujan lebat, apalagi ditambah terjadinya rob dari muara. Dengan adanya penataan dan normalisasi sungai serta dibangunnya bendungan itu, potensi banjir area ini akan lebih mudah diantisipasi. Sekurang-kurangnya, proyek ini akan mengurangi risiko banjir seluas 35 hektar di hilir dan 60 hektar di bagian tengah bentang sungai.

Soal membangun bendungan/tanggul, kelihatannya tak fantastis. Namun, dalam kacamata tinggi-luas, bendung Tukad Mati sungguh mendasar dalam ekosistem pariwisata Bali. Soal pengendalian banjir, ada di sana. Tentang pelestarian mangrove dan satwa, juga ada di sana. Mengenai maksimalisasi sistem drainase perkotaan, pun itu ada di sana. Dan lain-lain. Yang seluruhnya berujung pada Pulau Bali yang tertata, sehat, dan nyaman buat beraktivitas. Ujung-ujungnya, ikhtiar pemulihan sosial-ekonomi di tengah penurunan wabah bakal lebih percaya diri. Utamanya dari mesin pariwisata yang powerfull.

***

Bendung gerak Tukad Mati sejatinya hanyalah satu cermin. Tentang bagaimana pembiayaan kreatif dan inovatif berbasis syariah ditunaikan. Yakni SBSN yang diterbitkan untuk secara langsung membiayai kegiatan/Sukuk Proyek yang telah dialokasikan dalam APBN. Pembangunan ini dibiayai melalui SBSN tahun jamak dari tahun 2017 -- 2019 dengan total alokasi SBSN yang digunakan sebesar Rp319 miliar.

Tukad Mati juga menjadi cermin betapa pembangunan infrastruktur dasar merupakan variabel sangat penting untuk mengantisipasi risiko datangnya musibah---dalam hal ini banjir, sekaligus pada saat bersamaan mengakselerasi perekonomian Bali, khususnya dalam menopang sektor pariwisata di tengah kecamuk wabah Covid-19.

Pun Tukad Mati merupakan cermin prasarana yang bukan hanya memastikan fungsinya sebagai tanggul raksasa, namun juga mengutamakan rasa. Tengok saja, ornamen-ornamen pada bangunan itu begitu khas arsitektur Bali. Jika sudah pernah ke sana, tentu Anda sudah tahu, bendung yang ikonik ini sangat instagramable. Cocok untuk anak-anak milenial menyongsong senja. Anda juga pasti sudah tahu, di koridor kiri dan kanan yang di sampingnya persis hutan mangrove, bisa untuk jogging di pagi hari.

Sekali lagi, Tukad Mati adalah satu cermin. Di Bali, masih banyak cermin tentang betapa SBSN Proyek turut membangun Pulau Dewata. Apalagi kalau melihat level nasional. Cermin itu lebih banyak lagi. Tak kurang dari 3.447 proyek yang dibiayai dari instrumen ini, dengan total penerbitan Sukuk Negara sampai 25 November 2021 sebesar Rp1.919 triliun. Ribuan proyek itu antara lain pembangunan jalan dan jembatan di berbagai provinsi hingga jalur kereta api di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Kecuali bendung gerak Tukad Mati, di Bali ada juga proyek yang dibiayai SBSN, yakni pembangunan jalan Singaraja-Mengwitani. Ini merupakan ruas jalan Nasional yang berada di jalur tengah Pulau Bali yang menghubungkan Bali Utara dengan Bali Selatan. Jalan tersebut bakal mengurangi 75 belokan dan tanjakan tajam menuju Singaraja. Ujung-ujungnya, keberadaan jalan itu akan membuka akses yang lebih baik untuk memajukan ekonomi Bali bagian Utara.

Akhir kata, butuh dedikasi seluruh pihak merawat aset negara melalui SBSN Proyek tersebut. Mengapresiasi setiap pencapaian aset negara adalah bentuk merawatnya. Mengkritisi hal-hal yang belum sempurna, pun itu bagian dari merawatnya. Karena merawat aset negara juga bermakna merawat Indonesia.

Cheers...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun