Jadi, jangan sok kaya, apalagi sok anti utang. Bila mau lebih jujur lagi, hari ini kita bisa punya jalur kereta api ganda, MRT, jalan tol merata ribuan kilometer, fasilitas akses internet, punya fasilitas pendidikan lumayan, itu semua---secara langsung maupun tidak---karena utang.
Bahkan, karena utang itu pula---sekali lagi, secara langsung maupun tidak---berapa juta warga negara telah diselamatkan dari kematian tersebab pagebluk Covid-19. Untuk vaksinasi gratis, perawatan rumah sakit, obat-obatan, hingga insentif tenaga kesehatan.
Berutang untuk menyelamatkan nyawa manusia, masih tega juga kalian caci-maki?
***
Utang pemerintah perlu terus diperbaiki penggunaannya, itu iya. Alokasi belanja butuh terus dipacu kualitasnya, itu betul. Pengelolaan utang yang mesti super hati-hati, itu jelas. Dan, rasa-rasanya sejumlah birokrat pemerintah sudah terang benderang mengakuinya: masih banyak kekurangan di sana-sini.
Tapi secara ekstrem menafikan manfaat utang, itu jelas tidak objektif. Biar bagaimana pun, utang hanyalah alat. Ya, alat untuk menyelamatkan jiwa warga negara. Juga, alat menyiapkan generasi penerus lebih kompetitif: lewat vaksinasi, infrastruktur, dan pembangunan di bidang SDM.
Akhir kata, untuk sekelompok orang yang masih gemar menggoreng utang, teruskan obsesi kalian. Lanjutkan saja aksi memusuhi kebijakan utang. Meskipun pada saat yang sama, bersiaplah untuk kecele. Â Narasi provokatif kalian tidak akan lagi laku, dan bakal membusuk bersama zaman. Karena generasi belia saat ini sudah mulai paham: memusuhi utang sama dengan memusuhi masa depan mereka.
Cheers....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H