Mohon tunggu...
Ken Satryowibowo
Ken Satryowibowo Mohon Tunggu... Freelancer - Covid Bukan Canda

Pencari pola. Penyuka sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Propaganda Rusia ke Swasembada Dusta

8 Februari 2019   12:21 Diperbarui: 8 Februari 2019   12:41 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kompas.com/Kristian Erdianto

Bila swasembada merupakan sebentuk ikhtiar mencukupi kebutuhan sendiri, maka swasembada dusta dapat dimaknai sebagai kemandirian dalam narasi kebohongan. Swasembada dusta menunjukkan konten dusta, hoaks, dan kebencian telah diproduksi secara mandiri. Begitu pun penyebarluasannya. Dilakukan secara berdikari, masif dan terstruktur.

Lantas apa hubungan swasembada dusta dengan 'Propaganda Rusia'?

Karena yang memopulerkan 'Propaganda Rusia' belakangan ini adalah Presiden Jokowi, maka mari kita periksa duduk perkaranya, terkait dengan apa yang menimpa Kepala Negara. Utamanya menyangkut fitnah begitu brutal yang dialamatkan ke petahana.

Menjadi sasaran kritik bagi inkamben sudah biasa. Jokowi menyadari itu. Namun menjadi objek fitnah, kebohongan, dan ujaran dusta tentu lain ceritanya. Nama Jokowi telah begitu lama diucapkan dalam satu tarikan napas dengan plonga-plongo, pro PKI, dan antek asing. Hinaan bernada sarkastis menikam reputasinya setiap saat.

Meme tentang PKI diproduksi begitu masif dan membabi buta. Cuplikan video editan tentang antek asing dipersembahkan dengan sangat terstruktur dan pola-pola yang canggih. Artikel berita palsu tentang plonga-plongo disebarluaskan dengan kenyinyiran tiada tara.

Sementara khusus untuk fitnah Jokowi pro PKI, misalnya, sudah 9 juta masyarakat yang termakan hasutan. Itu sebabnya, Presiden meluapkan kejengkelannya pada dampak buruk dari fitnah yang terus-menerus dihembuskan lawan politiknya.

Karena itu, frasa 'Propaganda Rusia' dapat dibaca dalam konteks kejengkelan petahana yang tiada henti disembur fitnah dan kebohongan. Dalam frasa itu pula, Jokowi tengah berupaya menjelaskan duduk perkara mengapa hoaks diproduksi dan disebarluaskan begitu masif. Lebih khusus lagi, Presiden sedang mendiskusikan variabel konsultan asing sebagai penentu dinamika politik di Tanah Air.

Keterlibatan konsultan asing di kubu penantang petahana sudah ramai diberitakan. Cuplikan video dan foto-foto telah banyak diunggah ke media sosial untuk memperkuat sangkaan. Sehingga banyak pihak meyakini, swasembada dusta dalam politik nasional dapat terjadi antara lain karena 'diajari' oleh konsultan asing yang jasanya dibanderol mahal itu.

***

Kedutaan Besar Rusia di Jakarta sudah membantah keras bahwa negaranya campur tangan politik di Indonesia. Bantahan dari Kedubes Rusia sungguh wajar. Bahkan memang seharusnya dalam praktik diplomasi. Negara mana pun pasti akan menolaknya, bahkan bila Indonesia dalam posisi tersebut, sudah pasti bersikap yang sama.

Akan tetapi bila kita simak pidato Jokowi secara saksama, sejatinya tak ada tuduhan tentang intervensi Rusia, apalagi dalam makna denotatif. Jokowi hanya sedang mengutip sebuah istilah, atau bahkan sebuah teori dalam artikel di Rand Corporation. Istilah 'Propaganda Rusia' sudah mendunia sejak artikel itu ditulis. Jadi, istilah ini bukan terkait entitas negara tertentu.

Sementara bagi pendukung 02, 'Propaganda Rusia' adalah blunder petahana. Mereka menganggap Presiden gegabah karena tak memiliki dasar yang kuat dalam penggunaan istilah tersebut. Presiden Jokowi dianggap sengaja merusak hubungan diplomatik RI-Rusia.

Sehingga dengan begitu heroik, Fadli Zon lewat akun Twitter meminta maaf ke Kedubes Rusia atas pernyataan Presiden tersebut. Permintaan maaf ini tentu merupakan sebentuk nyinyir yang dipersembahkan untuk mendelegitimasi reputasi Jokowi.

Sementara hubungan baik Indonesia-Rusia tidak akan terpengaruh oleh isu ini, apalagi Presiden Jokowi secara langsung dan terang benderang telah mengklarifikasi istilah 'Propaganda Rusia' tidak berkaitan sama sekali dengan entitas negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin tersebut.

Kecuali menggorengnya dalam urusan diplomasi dua negara, para pendukung Paslon 02 juga yakin, ucapan 'Propaganda Rusia' terlontar karena Jokowi panik menyusul terkoreksinya elektabilitas belakangan ini. Petahana disangka memainkan kampanye ofensif untuk mendongkrak marjin elektoral. Suatu strategi yang dianggap tidak lazim sebagai inkumben.

Padahal, dengan sikap ofensif, Jokowi beserta tim kampanye nasional sepertinya memang tengah berupaya membalikkan ketidaklaziman itu. Di sejumlah negara, petahana seperti diharuskan untuk bertahan, sementara tidak ada larangan untuk menyerang. Karena, penantang juga harus diuji kredibilitas dan kapasitasnya. Apakah layak menggantikan petahana, atau justru memble gagasan dan ide untuk memimpin negeri.

Kemudian apa relasi 'Propaganda Rusia' dengan strategi penantang petahana?

Di banyak negara, petahana yang cenderung bertahan bisa kalah. Lebih-lebih, petahana yang diserang habis-habisan dengan hoaks, tanpa ada perlawanan berarti. Minimnya ide dan prestasi basanya membuat penantang lebih gemar menjual ketakutan dan pesimisme kepada rakyat.

Narasi pesimisme itu ditempuh melalui propaganda atau modus operandi penyebaran hoaks yang disebut Operasi Semburan Fitnah atau Firehose of Falsehood. Alih-alih mengampanyekan diri pantas menggantikan petahana, penantang lebih gemar memproduksi kebohongan.

Pada titik itu, tampaknya Jokowi sadar, melawan semburan fitnah tidak lagi cukup dengan senyuman. Toh, sudah sejak lama, Jokowi meneguhkan sikapnya yang santun dan woles menghadapi fitnah yang setiap saat datang bak air bah. Sehingga, tidak ada salahnya Jokowi mencoba menempuh cara baru untuk menyudahi swasembada dusta......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun