Aku tertunduk, bersembunyi dari air mata yang kadang tidak bisa tertahan. Setelah kuat, aku berusaha mencuri tatap agar bisa menyimpan keindahan seorang Ray Devanka dalam ingatan.
"Apa ini sebuah perpisahan?" tanyaku setegar mungkin.
Ray tersenyum manis, seolah tidak pernah menyimpan sesal untuk hubungan yang selama ini terjalin di atas batas garis.
"Ingatlah aku meski kisah kita tidak pernah menjadi satu rumah. Bagiku, kamu tetap satu-satunya hati yang membuat betah. Denganmu aku belajar pasrah. Batas rasa antara kita selamanya tidak akan musnah. Hanya hati kita yang akan selamanya terikat rasa bersalah. Aku pergi."
Aku bergeming ketika punggung kuat itu menjauh. Apa yang ia katakan semuanya benar. Merelakan adalah jalan terbaik. Sekuat apa pun berusaha memaksa menjalani, batas rasa yang ada tidak akan sirna apalagi hancur. Menyimpan tentangnya dalam kenangan adalah cara terbaik mencintai tanpa harus memiliki.
Gerimis di bumiku, 18 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H