Azka yang sejak tadi siang sudah tergiur aroma kue, datang menghampiriku yang tengah sibuk persiapkan menu buka puasa. Sambil memainkan jemarinya, perlahan bibirnya tersenyum.
"Mah, kita kapan buat kuenya? Pengen buat yang bulet-bulet."
Mendengar ucapannya aku sedikit mengangkat alis. "Bulet-bulet?" Batinku bertanya kue apa yang bentuknya bulet-bulet. Satu nama muncul di kepalaku. Nastar!
"Oh, maksud Kaka bulet-bulet itu kue nastar? Kenapa pengen buat nastar, Ka? Pasti pengen ikut mainan?!" Azka meringis memamerkan gigi gupisnya. Ingin rasanya kucubit pipinya. Karena setiap membuat sesuatu ia pasti selalu duluan ingin mencobanya.
"Kok Mama tahu? Aku pengen ikut bantuin, Ma! Pengen ikut bulet-buletin," jawabnya dengan wajah lugu.
Sudah kuduga. Pasti hanya akan bermain saja, tetapi bilangnya ingin membantu. Bentuknya pun kadang kecil kadang besar. Tak beraturan layaknya kue. Akan tetapi, mau bagaimana lagi. Namanya anak kecil pasti punya rasa ingin tahu yang menggebu.
**
Benar saja. Setelah semua bahan terbeli dan siap jadi adonan, Azka sudah nangkring tepat di hadapanku. Tangan kecilnya mulai berkeliaran menyentuh sana sini. Aku sekilas melirik memberi pertanda 'jangan,' tapi tidak ditanggapi sama sekali. Malah semakin bertambah penasaran.
Karena tak kunjung paham akan kodeku, aku akhirnya bersuara. "Kalau ingin bantuin, Kaka cuci tangan dulu," ucapku langsung dijawab dengan langkah kecilnya menuju krain air dan mencuci tangannya. Bersih.
Setelah selesai, dengan bangganya ia pamerkan tangannya padaku. "Udah, Mah. Udah boleh kan ikut bantuin?" Tanyanya diiringi senyum manis merekah di kedua pipi.
Tanpa menunggu jawabanku, tangan kecilnya langsung mengambil adonan dan membulatkannya di kedua telapak tangan. Aku menegurnya jika bulatannya terlalu besar dan terlalu kecil.