Mohon tunggu...
Ken Hirai
Ken Hirai Mohon Tunggu... profesional -

JIKA DIAM SAAT AGAMAMU DIHINA, GANTILAH BAJUMU DENGAN KAIN KAFAN. JIKA "GHIRAH" TELAH HILANG DARI HATI GANTINYA HANYA KAIN KAFAN 3 LAPIS, SEBAB KEHILANGAN "GHIRAH" SAMA DENGAN MATI (-BUYA HAMKA-)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puncak Dendam Dhanapati Episode-2

30 Mei 2012   15:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:35 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dikisahkan pada episode lalu, Dhanapati terpaksa meninggalkan padepokan Putri Harum Hutan untuk menjaga keselamatan Putri Harum Hutan dan Kiran. Dengan jurus halilintar menembus bumi tubuh Dhanapati dalam sekejap lenyap di telan gelapnya malam. Akibat memaksakan diri menggunakan jurus yang membutuhkan tenaga dalam tingkat tinggi tersebut, tubuh Dhanapati akhirnya terhempas di depan sebuah mulut gua di tengah hutan. Dia tidak sadarkan diri, hingga akhirnya datang seorang kakek sakti yang menolongnya.

"Hmmm...tubuh pemuda ini terkena pukulan ajian serat jiwa dan waringin sunsang sekaligus, tapi anehnya dia masih bisa bertahan?" gumam kakek sakti tersebut penuh keheranan.

"Aku harus segera mengobatinya sebelum semuanya jadi terlambat", kata kakek sakti tersebut dalam hatinya.

Kakek sakti tersebut akhirnya membawa tubuh Dhanapati yang masih pingsan ke dalam gua. Kemudia dia meletakkan di atas batu bulat datar yang terletak di tengah gua. Dengan segera dia mulai pengobatan dengan menggunakan tenaga dalamnya. Kakek sakti tersebut sedang menggunakan jurus andalannya matahari memeluk sukma untuk menyembuhkan luka-luka Dhanapati. Sesaat kemudian Dhanapati mulai sadarkan diri. Kini dia tidak lagi merasakan sakit ditubuhnya.

"Kisanak, siapa namamu dan hendak kemana?" tanya kakek sakti pada Dhanapati.

"Namaku Dhanapati, aku hendak mencari Begawan Hastoguno!" jawab Dhanapati.

"Lantas, mengapa kisanak mendapat pukulan ajian serat jiwa dan waringin sunsang, siapa yang menyerangmu?" tanya kakek sakti.

"Pasukan Bhayangkara Biru!" jawab Dhanapati sambil menahan amarah yang mendalam. Tubuhnya kembali terguncang pertanda dendam yang memuncak pada Pasukan Bhayangkara Biru.

Untuk memulihkan seluruh bekas lukanya, kakek sakti meminta Dhanapati untuk bertapa di sendang purwarupa yang telah diberi mantra ajian penguat raga. Ajian penguat raga selain untuk menyembuhkan luka juga digunakan untuk meredam nafsu amarah. Dendam amarah Dhanapati kepada Pasukan Bhayangkara Biru memang sedang memuncak. Untuk meredakannya, kakek sakti meminta Dhanapati bertapa di sendang purwarupa tersebut yang letaknya tepat di tengah-tengah gua.

Setelah luka-luka dan amarah ditubuh Dhanapati hilang, kakek sakti pun membangunkan Dhanapati dari pertapaannya. Tubuh Dhanapati tampak segar dan amarahnya pun sudah tidak nampak lagi.

"Kisanak, sebelum meninggalkan gua ini, aku ingin mengajarkan ajian tapak gelombang untuk melindungi dirimu" kata kakek sakti kepada Dhanapati.

"Karena ajian ini hanya bisa dipelajari oleh orang-orang yang hatinya bersih, maka aku meyuruhmu bertapa di sendang purwarupa yang sudah aku beri mantra ajian penguat raga" lanjut kakek sakti. Kini Dhanapati telah siap menerima ajian tapak gelombang ini. Ajian ini memadukan kekuatan alam, hati dan pikiran. Ajian ini tidak bisa digunakan untuk menyerang. Tapi memiliki kekuatan serangan yang lebih dahsyat jika penyerang menggunakan kekuatan tenaga dalamnya. Ajian ini diolah dari gelombang tsunami.

=============************==============

Sementara itu di Trowulan, tepatnya di kedai gerabah mbah Wongso, pertemuan para pendekar kebajikan telah usai. Mereka sepakat untuk menyelamatkan  Kayan, prajurit Sunda Galuh Pakuan yang lolos dari pembantaian prajurit Wilwatikta di Bubat. Mereka pun telah berbagi tugas. Pendekar Padi Emas dan Pendekar Candu Rusuh akan mengantarkan Kayan ke Sunda Galuh Pakuan. Pendekar Wolu Likur dan mbakyu Tri bertugas sebagai telik sandi di Trowulan. Pendekar Misterius dan istrinya Nyai Daunilalang bertugas sebagai telik sandi diluar Trowulan. Putri Harum Hutan dan Kiran ditugaskan untuk mengamati aktivitas istana Wilwatikta dan gerak Pasukan Bhayangkara Biru. Pendekar Kidung Sakti dan Pendekar Harimau Hitam bertugas sebagai tim penyapu jejak dan mengawal Pendekar Padi Emas dan Pendekar Candu Rusuh.

Kini, Pendekar Padi Emas, Pendekar Candu Rusuh dan Kayan siap meninggalkan Trowulan. Mereka meninggalkan Trowulan dengan menggunakan kereta kuda milik Pendekar Padi emas yang biasa digunakan untuk mengangkut hasil bumi. Untuk mengelabui penjaga di gerbang keluar, kereta kuda tersebut di1si gerabah yang dipenuhi jerami untuk menutupi tubuh Kayan. Meskipun gerbang keluar Wilwatikta di jaga sangat ketat, dengan ajian kidung pelelap milik pendekar Kidung Sakti mereka berhasil lolos dari penjagaan prajurit Wilwatikta. Ajian ini mampu menyirep para penjaga sehingga mereka tidak sadarkan diri dalam beberapa saat.

Meskipun telah lolos dari gerbang Trowulan, namun secara diam-diam mereka telah diikuti oleh seorang prajurit Bhayangkara Biru. Ketika pendekar Kidung Sakti menggunakan ajian kidung pelelap, prajurit Bhayangkara Biru ini memiliki ilmu kebal sirep, sehingga dia bisa merasakan aura ilmu sirep. Akhirnya, secara diam-diam dia mengikuti kereta kuda milik Pendekar Padi Emas.

B E R S A M B U N G...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun