Mohon tunggu...
Kencana Cars
Kencana Cars Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sewa Mobil Jogja Kencana Cars

Sewa Mobil Jogja Kencana Cars - Rental Alphard Transformer vellfire, Fortuner VRZ GR Sport, Innova Reborn Zenix Venturer, Hiace Premio Luxury Commuter Avanza FWD dan Isuzu ELF Long NLR.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lava Tour Merapi: Petualang yang menggetarkan Jiwa di Jantung Yogykarta

1 Februari 2025   14:48 Diperbarui: 1 Februari 2025   14:48 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lava Tour Merapi: Petualangan yang Menggetarkan Jiwa di Jantung Yogyakarta

Langit Yogyakarta yang biru bersaput awan tipis menyambut kedatangan kami di pagi itu. Dingin yang menggelitik kulit bukan hanya berasal dari sisa embun yang malas menguap, tetapi juga dari desiran rasa takjub yang perlahan merayapi hati. Hari itu, kami memulai petualangan yang akan membawa kami menelusuri jejak-jejak keganasan alam yang pernah mengguncang Merapi---gunung api yang tak pernah kehilangan gairahnya.

Kami bertolak dari pusat kota Yogyakarta dengan sewa Hiace Jogja, pilihan transportasi yang nyaman untuk perjalanan bersama keluarga dan teman. Jalanan menuju kawasan Merapi seperti lembaran sejarah yang terus ditulis ulang oleh letusan demi letusan. Rumah-rumah yang tegak berdampingan dengan reruntuhan bangunan lama menjadi saksi bisu tentang bagaimana manusia dan alam selalu bernegosiasi dalam irama yang tak pernah benar-benar seimbang.

Menyusuri Jalan Menuju Sang Raksasa

Ketika kami tiba di pos Lava Tour Merapi, deretan jeep klasik berwarna-warni telah siap menunggu. Kendaraan kokoh dengan roda besar itu terlihat seperti prajurit tangguh yang siap mengantarkan para penumpangnya menyusuri jejak lava yang dulu mengalir deras, membawa kehancuran sekaligus cerita baru bagi penduduk sekitar. Setiap jeep dikemudikan oleh sopir berpengalaman, yang tak hanya menguasai medan, tetapi juga piawai merangkai kisah tentang letusan dahsyat Gunung Merapi.

Kami naik ke dalam jeep, lalu perjalanan dimulai. Mesin menderu, seolah ikut bersemangat dalam petualangan ini. Begitu jeep bergerak meninggalkan pos, debu-debu tipis mulai menari di udara. Kami melaju melewati jalanan berbatu, diapit oleh hamparan tanah yang masih menyimpan luka lama dari erupsi 2010. Langit yang cerah pagi itu seolah menjadi ironi dari pemandangan di sekitar kami---tanah yang gersang, batang-batang pohon yang menghitam, dan rumah-rumah yang tak lagi bernyawa.

Museum Sisa Hartaku: Memoar dari Bencana

Tujuan pertama kami adalah Museum Sisa Hartaku. Bangunan ini dulunya adalah sebuah rumah biasa, tetapi kini menjadi museum yang menyimpan kenangan pilu. Di dalamnya, kami menemukan perabotan rumah tangga yang meleleh, sepeda motor yang rangkanya telah berubah bentuk, serta jam dinding yang berhenti berdetak tepat saat letusan Merapi mengguncang segalanya. Seolah waktu membeku dalam momen tragis itu.

Di sudut lain, ada sebuah foto yang mengabadikan ekspresi penduduk yang menyaksikan rumah mereka hancur dalam hitungan detik. Melihat semua itu, saya merasakan betapa kecilnya manusia di hadapan alam. Namun, lebih dari itu, saya juga menyaksikan bukti ketangguhan manusia untuk bangkit kembali.

Batu Alien: Misteri di Tengah Kesunyian

Perjalanan berlanjut menuju Batu Alien. Nama yang unik ini diberikan karena batu besar ini memiliki bentuk menyerupai wajah manusia yang sedang merenung. Entah bagaimana batu raksasa ini bisa sampai ke tempat ini, tetapi banyak yang percaya bahwa ia terbawa oleh lahar panas yang mengalir deras saat letusan terjadi.

Kami turun dari jeep dan berjalan mendekat. Dari sini, Gunung Merapi terlihat megah, berdiri dengan kesombongan alaminya. Sesaat saya tertegun, menyadari bahwa di balik kedahsyatan letusan yang menelan nyawa, ada keindahan yang tak terbantahkan. Bukankah alam memang selalu menyimpan paradoksnya sendiri?

Bunker Kaliadem: Perlindungan yang Tak Sempurna

Setelah puas berfoto di Batu Alien, kami melanjutkan perjalanan ke Bunker Kaliadem. Bunker ini awalnya dibangun sebagai tempat perlindungan bagi warga dan petugas saat terjadi erupsi. Namun, saat letusan besar terjadi, bunker ini justru menjadi saksi bisu dari kisah tragis dua orang relawan yang terjebak di dalamnya.

Di depan pintu bunker, saya merasakan hawa dingin yang menyusup hingga ke tulang. Saat melangkah masuk, dinding-dinding beton yang menghitam seolah berbicara, mengisahkan malam mengerikan ketika lava pijar menerjang tanpa ampun. Sunyi. Hanya ada gema langkah kami di dalam ruangan sempit itu.

Sensasi Off-Road: Menerjang Sungai Bekas Aliran Lava

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun