Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Satu Per Satu Pentolan Aksi 411 dan 212 Menjadi Tersangka, Dapatkan Meredam Aksi Lanjutan?

11 Februari 2017   13:11 Diperbarui: 11 Februari 2017   13:20 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam tayangan televisi terlihat massa terus berdatangan dengan agenda doa bersama dan sholat berjamaah ini memang sulit dicegah, namun dengan pertunjukan aksi doa ini apakah dengan memproses hukum Rizieq suara umat muslim dapat dihentikan?

Pada intinya, suara itu masih sama menyangkut surat Al Maidah 51 dan itu menyangkut kasus Ahok yang masih dalam persidangan.   Sikap Ahok dan Pengacaranya yang dinilai melecehkan Kya Ma`rif Amin bukan tidak mungkin menjadi pendorong aksi lanjutan ini.  Terlebih polemik yang berkembang menyeret SBY dalam konflik politik lebih luas lagi terkait dengan majunya AHY dalam kancah persaingan pilkada DKI menjadikan aksi ini sudah bermuatan berbagai kepentingan.

Bahwa sesungguhnya hukum adalah sebagai alat untuk pemaksa agar  para pihak tunduk, namun hukum dalam tujuan politik tak selalu membuat para pihak tunduk manakala hukum itu ditengarai digunakan sebagai alat politik.

Keikutsertaan para politisi tersebut mnyiratkan ada kepentingan politik dalam penanganan hukum sehingga acara keagamaan tersebut juga menjadi alat politik untuk menekan. Sama-sama melakukan tekanan, sama sama berkeras dan jika elit politik berkonflik akan diikuti pula oleh masyarakat.  Mungkin aksi 112 ini menjadi cerminan gerakan people power, kedaulatan ada ditangan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun