Logikanya yang disampaikan ternyata cukup sederhana, manusia yang lemah imannya akan mudah tergoda mencari jalan pintas atau jalan instan untuk mendapatkan keinginanya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh bangsa Jin, sebut saja jin kafir dengan meminta imbalan berupa wangi2an atau yang lainnya sebagai pangan bangsa Jin itu. Artinya, disini terjadi transaksi antara kebutuhan manusia dan kebutuhan bangsa Jin itu. Sangat mungkin, parktik yang dilakukan oleh Dimas kanjeng tak berbeda jauh seperti yang tersebut diatas.
Dalam konteks seperti yang diceritakan oleh isteri Ismail diatas, bangsa Jin bisa bertindak sebagai intelejen yang memberi petunjuk adanya barang berharga peninggalan masa lalu yang sengaja disembunyikan oleh manusia untuk pengamanan seperti terjadi masa perang. Maka, bangsa jin tidak menciptakan benda yang digunakan oleh manusia apalagi menciptakan uang. Namun, bumbu2 tentang cerita barang ghaib sudah merasuki oleh karena akar budaya yang berkembang itu sehingga menjadi korban penipuan.
Antara keyakinan dan tugas kepolisian yang berdasar pada undang-undang dan aturan yang berlaku merupakan dua kutub yang berbeda. Tanpa laporan, kecuali dugaan otak pembunuhan, tanpa pelapor yang dirugikan secara material tentunya sulit diproses secara hukum. Sebab, klenik, santet atau semacamnya tidak masuk dalam aturan hukum. Apalagi hukum yang mendasari pada alat bukti, tindakan Dimas Kanjeng tersebut dipercaya karena memiliki kesaktian yang sulit dibuktikan secara nalar akal sehat sehingga praktik yang dilakukannya tidak terjangkau hukum selama ini yang mungkin saja dibantu oleh Ismail sebagai "pengepul" uang mahar yang berhasil mengumpulkan uang dalam jumlah yang fantastis itu.
Dalam konteks lainnya seperti apa yang disampaikan oleh isteri Ismail, bahwa alasan Ismail dibunuh karena bermaksud membongkar kedok Dimas Kanjeng, sebaliknya Dimas Kanjeng mengaku tidak memiliki kemampuan menggandakan uang berbeda dengan pernyataan Marwah yang percaya Dimas Kanjeng mampu memindahkan uang berpeti peti.Â
Menyitir pengakuan Dimas Kanjeng, pernyataan tokoh MUI yang menengarai Dimas Kanjeng tidak memiliki pendalaman ajaran Islam yang cukup baik sangat mungkin ada benarnya. Sebab, kesaktian Dimas Kanjeng didaulat oleh mereka yang memiliki pola pikir yang ingin menempuh jalan instan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H