Setelah dihebohkan oleh pemberitaan Padepokan Aa Gatot karena kasus sabu dan kepemilikan senpi, kini publik dihebohkan oleh pemberitaan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Dimas Kanjeng namanya mendadak mencuat kepermukaan bukan karena diangkat menjadi salah satu raja jawa, namun diduga menjadi otak pembunuhan santrinya yang dikhawatirkan membuka kedoknya. Â
Sebelum namnaya mencuat karena dugaan menjadi otak pembunuhan dan dugaan penuan,  beredar video aksi Dimas Kanjeng yang mampu "menciptakan" uang  yang seolah tak terhingga dari saku pakaian gamisnya.  Namun,  Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Marwah Daud Ibrahim membantah pimpinan padepokan itu bisa melipatgandakan uang yang disetorkan oleh warga. Menurut dia, Taat Pribadi memang punya kemampuan untuk memunculkan uang secara tiba-tiba. Bahkan apa yang dihadapi oleh Dimas Kanjeng merupakan upaya kriminalisasi.
Yang memprihatinkan, Marwah yang dikenal sebagai cendikia muslim inipun percaya dengan kemampuan Dimas Kanjeng yang diluar nalar akal sehat itu. Begitu banyaknya pengikut padepokan Dimas Kanjeng, Â sangat mungkin percaya dengan kesaksian Dimas Kanjeng seperti halnya Marwah. Lalu mengapa begitu banyak yang percaya, berbagai latar belakang dari petani, pengusaha sampai kaum terpelajar, apakah mereka adalah orang-orang yang mengalami disorientasi ?
Modus, lebih tepatnya disebut demikian yang dialkukan oleh orang2 yang berkedok "kyai" yang mengaku sebagai orang pintar  menyasar orang-orang yang lemah imannya.  Sesungguhnya banyak yang menjadi korban, tak terbatas masyarakat kebanyakan, bahkan kontestan politik banyak yang terjebak karena menginginkan jalan instan.
Adalah pengalaman pribadi masa kecil yang hingga saat ini membekas dalam ingatan, saya pikir mereka adalah anak-anak kampung yang bermain dihalaman rumah, begitu juga dengan si mbak yang setiap saat menemani namun anehnya mereka bisa dengan mudah meloncat keatas atap rumah atau menembus dinding. Selalu minta  bunga yang tumbuh dihalaman dan mereka berebut menghisapnya.
Ketika saya sudah menyadari, mereka itu bukan bangsa manusia, bukan main takutnya bertemu mereka, cari aman saya selalu dekat dengan ibu, kemana ibu pergi saya selalu mengikuti. Lama kelamaan, mahluk2 itu hilang dari pandangan.
Namun, agaknya tabur bunga dimakam yang sudah menjadi budaya itu ada kaitannya dengan keberadaan mahluk2 itu. Wangi-wangi an adalah makananya, masuk akal jika seseorang mencari petunjuk dimakam karena kebiasaan masyarakat menabur bunga dimakam yang tak lain memberi makan makhluk itu. Makam akhirnya menjadi tempat konsentrasi mahluk2 itu karena ketersediaan pangan. Â Dari budaya yang berkembang semacam itu, seseorang yang mampu berkomunikasi dengan mahluk itu dinilai memiliki kelebihan, ucapannya dipercaya dan diikuti walaupun secara logika tidak masuk akal.
Bukan tidak mungkin  Dimas kanjeng memanfaatkan budaya itu, dengan penampilan seorang "kyai" dan kemampuannya berkomunikasi dengan mahluk itu mampu memperdaya banyak orang. Kalau dukun biasanya menyebutnya sebagai mahar, Dimas Kanjeng menyebutnya sebagai iuran atau pendaftaran sebagai anggota padepokan. Dengan jumlah puluhan ribu anggotanya, tentunya uang yang diraup tidak sedikit jumlah ditambah lagi dari mereka yang berpikir instan, Dimas Kanjeng dipercaya mampu menggandakan uang. Kemungkinan, uang yang ditunjukkan didalam video tersebut berasal dari memperdaya banyak orang, ketika santrinya berencana hendak melaporkannya ke Mabes Polri, santrinya itu dihabisi. Â
Berharap mendapat uang ghaib dengan cara apa umumnya dikenal  dengan sebutan uang "narik"  paling tidak harus menyediakan uang mahar disamping uang yang akan dilipat gandakandan umumnya menjadi korban penipuan. Anehnya, korban penipuan semacam ini selalu saja ada dan hanya segelintir yang mau memproses secara hukum, mungkin karena malu.
Seseorang memiliki kemapuan mengetahui keadaan dilain tempat atau mengetahui keadaan masa lalu seseorang bisa saja atas bantuan bangsa jin yang bertindak sebagai intelejen, namun dipastikan bahwa mahluk itu tidak dapat menciptakan uang. Persoalannya, mahluk ini tidak kasat mata dan dalam ajaran agama diyakini keberadaanya sehingga seseorang  yang dipercaya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bangsa Jin, dengan alasan permintaan bangsa jin, bisa meminta orang lain berbuat diluar akal sehat.
Tentunya, hukum akan berpedoman pada KUHAP bukan berdasar hal-hal tidak riel seperti membutuhkan waktu setahun untuk merealisasikan janjinya atau menunggu uang uang ghaib sehingga disebut tindakan penipuan. Percaya diluar hal yang nalar itu, nyatanya ada pihak yang bersedia mentransfer jumlah uang hiingga milyaran rupiah dengan harapan dapat berlipat jumlahnya yang akhirnya mengadu kepada anggota DPR RI.