Setiap orang tua, pasti menginginkan buah hati yang sehat dan normal. Namun ditiap-tiap kelahiran diseluruh dunia, pasti ada satu dari sekian bayi yang memiliki kecacatan baik secara fisik maupun psikis, Â dan mempunyai faktor-faktor sendiri yang melatarbelakangi. Anak tersebut kemudian lambat laun memerlukan perlakuan khusus dalam setiap penanganannya bahkan hingga ia dewasa. Oleh karenanya, mereka biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus jika ditelaah maka dapat diartikan dengan anak yang "spesial" karena memiliki hal-hal yang tidak biasa ditemukan pada anak seusianya. Mereka cenderung berbeda dengan anak-anak pada umumnya karena memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan atau perkembangannya.
Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, sehingga berbeda dengan anak normal seusianya. Perbedaan yang ada dalam diri anak berkebutuhan khusus dapat dilihat dari perbedaan interindividual, maupun intraindividualnya.
Anak-anak tersebut biasanya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan, sehingga seringkali menjadi tantangan bagi guru maupun orang tua. Maka untuk mengembangkan potensinya, dibutuhkan pemahaman yang mendalam serta pengajaran khusus.
Baca juga: Daring dan Problematikanya bagi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi Covid 19
Faktor Penyebab Kelainan
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kelainan pada anak berkebutuhan khusus ada 4, yaitu
1. Herediter
Kebanyakan anak berkebutuhan khusus merupakan bawaan dari lahir. Dan yang mendasari hal tersebut, adalah faktor hereditas atau genetik yang diturunkan dari orang tua.
2. Infeksi
Infeksi (baik secara langsung ataupun tidak langsung) yang menyerang bayi sebelum / sesudah lahir juga dapat menyebabkan kelainan.
3. Keracunan
Keracunan yang dimaksud dapat secara langsung pada anak, maupun lewat perantara ibu ketika mengandung.
4. Trauma
Merupakan cedera yang terjadi pada anak sehingga menyebabkan perubahan struktur rangka, ataupun cedera yang terjadi ketika proses persalinan.
Baca juga: Pentingnya Pendidikan Vokasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus
5. Kekurangan Gizi
Kurangnya asupan gizi pada bayi dalam kandungan maupun sesudah lahir, sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sehingga jika asupan yang diberika tidak sesuai atau takarannya kurang, dapat menyebabkan kelainan.
Dampak Terjadinya Kelainan
Kelainan yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus, sedikit-banyak pasti akan mempengaruhi bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari. Dampak-dampak tersebut dibagi menjadi 3:
1. Dampak Fisiologis
Dampak ini berkaitan dengan fisik anak, baik tampilan maupun koordinasinya. Anak seringkali akan kesulitan untuk mengontrol koordinasi gerak, jika terdapat kelainan pada anggota tubuhnya.
2. Dampak Psikologis
Dampak psikologis merupakan dampak yang berhubungan dengan keadaan mentalnya. Keadaan mental yang labil akibat kelainan, akan mengganggu proses kejiwaannya.
3. Dampak Sosiologis
Dampak ini timbul karena hubungan anak dengan lingkungan sekitarnya. Perbedaan yang ada pada anak berkebutuhan khusus seringkali memunculkan minder dan mental yang labil, sehingga anak tersebut kesulitan dalam berbaur atau bersosialisasi.
Baca juga: Kisahku bersama Rumah Asa Anak Berkebutuhan Khusus serta Wanita Termarjinalkan
Konsep Pendidikan Luar Biasa
Anak-anak berkebutuhan khusus tentunya akan membutuhkan tenaga khusus dalam dunia pendidikan. Menurut Hallahan dan Kauffman (1991), bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus  meliputi berbgaia pilihan:
- Reguler Class Only (Kelas biasa dengan guru biasa)
- Reguler Class with Consultation (Kelas biasa dengan konsultan guru PLB)
- Itinerant Teacher (Kelas biasa dengan guru kunjung)
- Resource Teacher (Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan guru biasa, namun
- dalam beberapa kesempatan anak berada di ruang sumber dengan guru sumber)
- Pusat Diagnostik-Prescriptif
- Hospital or Homebound Instruction (Pendidikan di rumah atau di rumah sakit,
- yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk ke sekolah biasa).
- Self-contained Class (Kelas khusus di sekolah biasa bersama guru PLB)
- Special Day School (Sekolah luar biasa tanpa asrama)
- Residential School (Sekolah luar biasa berasrama)
Sementara itu, Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi layanan pendidikan segregrasi (Sekolah Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa Berasrama, Kelas Jauh/Kelas Kunjung, dan SD Luar Biasa) dan layanan pendidikan terpadu/integrasi (Bentuk Kelas Biasa, Kelas Biasa dengan Ruang Bimbingan Khusus, dan Bentuk Kelas Khusus).
Referensi: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, 2007
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI