Mohon tunggu...
Maulida Husnia Z.
Maulida Husnia Z. Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Belajar menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Gangguan Bicara pada Anak, Wajarkah?

16 April 2019   07:36 Diperbarui: 16 April 2019   14:36 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari susiebean.org

Dalam tahap perkembangan anak usia dini, tentunya banyak permasalahan-permasalahan yang turut mendampingi di setiap prosesnya. 

Namun tidak semua permasalahan anak itu berdampak negatif, melainkan juga dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk membantu proses perkembangan anak. 

Salah satunya adalah masalah bicara dan artikulasi. Masalah bicara dan artikulasi adalah suatu kondisi dimana anak mengalami ketidakjelasan dalam berbicara, sehingga perkataannya sulit ditangkap dan dipahami oleh orang lain.

Gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun seiring perkembangannya, jika gangguan artikulasi masih terjadi, maka hal tersebut sudah dapat dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit.

Walaupun gangguan artikulasi pada anak-anak tidak menghambatnya dalam berkomunikasi, namun pada usia sekolah biasanya mereka menjadi bahan tertewaan teman-temannya.

Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis juga dapat mengakibatkan gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motorik yang diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab untuk perencanaan, eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang dibutuhkan untuk berbicara.

Dysarthria umumnya ditemukan pada orang yang pernah mengalaim stroke, tumor, dan penyakit degenerative seperti Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya mengalami serak atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita biasanya berbicara pelan, tidak jelas, dan sulit dimengerti karena kesalahan artikulasi konsonan.

Sedangkan Apraxia pada anak-anak (Developmental Apraxia of Speech), ditandai dengan keterlambatan bicara. Anak-anak yang mengalami gangguan ini tidak melewati tahap babbling atau bergumam.

Penyebab Gangguan Bicara dan Artikulasi
Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, dan bibir. Ganguan artikulasi dapat diakibatkan oleh kanker mulut atau tenggorokan, kecelakaan, bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor lain yang mengakibatkan rusaknya organ bicara. Beberapa kesalahan artikulasi juga dipengaruhi oleh faktor bahasa ibu dan dialek daerah.

Keragu-raguan atau ketidakjelasan dan kegagapan itu normal pada anak kecil, dan kebanyakan anak-anak meninggalkan kebiasaan itu dalam beberapa tahun atau bahkan kurang dari itu. 

Perkembangan berbicara yang terlambat bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya rangsangan atau stimulus, tekanan emosional, pendengaran yang terganggu, atau perkembangan mental yang lambat. Kemampuan berbicara yang lambat juga merupakan konsekuensi dari variasi dalam perkembangan yang sifatnya normal.

Kata-kata yang tidak jelas seringkali merupakan akibat dari ketidaksempurnaan fisik, seperti pendengaran yang terganggu. Tatkala anak yang pendengarannya terganggu belajar berbicara dari orang tua, guru, dan saudara kandungnya, kata-katanya terdengar tidak jelas dan selanjutnya dilafalkan secara tidak jelas ketika diulang oleh anak tersebut.

Gejala Gangguan Bicara dan Artikulasi
Anak yang mengalami gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam melafalkan bunyi atau melafalkan bunyi dengan keliru. Perubahan bunyi b menjadi w, seperti pada pelafalan 'wambut' untuk kata 'rambut', penghilangan bunyi, seperti pada pelafalan 'and' untuk kata 'hand', salah pengucapan, seperti pada pelafalan 'tsutsu' untuk kata 'susu'.

Ketika anak belajar bicara, normal kiranya jika cara berbicaranya tidak jelas dan cenderung berulang. Jika cara bicara yang gagap dan tidak lancar berlangsung lama dan kemahiran penggunaan kata baru lambat, maka boleh jadi ada penyebab fisik.

Berikut beberapa gejalanya

  • Sedikit berbicara atau tidak sama sekali
  • Berbicara cadel atau gangguan logat bicara
  • Gagap atau bicara ragu-ragu dan tidak jelas

Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency disorder) biasanya mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah, atau memperpanjang bunyi, silaba, atau kata tertentu. Gangguan kefasihan umum terjadi pada anak-anak, misalnya menambahkan bunyi 'oh', mengganti kalimat (seperti 'mama pergi -- mama ke pasar'), mengulangi frasa (seperti 'aku mau, aku mau, aku mau pulang', atau mengulangi bunyi (seperti 'a-a-a- aku mau permen). 

Seiring bertambahnya usia dan pengetahuannya tentang bahasa, gangguan kefasihan tersebut bisa hilang. Namun demikian, gangguan tersebut bisa saja bertahan hingga dewasa yang dapat menghambatnya dalam interaksi sosial.

______________

Permasalahan-permasalahan yang sudah terdeteksi pada anak, termasuk yang berkaitan dengan gangguan bicara dan artikulasi kemudian dapat ditindaklanjuti dengan perlakuan khusus, baik itu dari orang tua maupun dari pendidik. Perlakuan dalam setiap permasalahan juga berbeda, tergantung dengan kondisi dan tingkat urgensitasnya.

Guru maupun orang tua dapat mendorong anak untuk berbicara dengan sering berinteraksi. Berilah kesempatan untuk bermain dengan anak lainnya. Jika kegagapan dan keragu-keraguan masih berlangsung setelah usia 5 tahun atau jika kedua kesulitan bicara itu muncul kembali, maka konsultasikan kepada dokter. Namun gangguan ini wajar saja terjadi, karena tergolong gangguan perkembangan. Untuk itu dengan bertambah usia, diharapkan gangguan ini bisa diatasi.

Beberapa poin disadur dari buku karya Bernard Valman, Diagram Penyakit Anak dan Cara Mengatasinya (Jogjakarta: Citra Pustaka, 2007)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun