Pada hakikatnya, sebuah keluarga dapat dinyatakan ada karena terdiri dari dua hal, yakni suami dan istri. Selebihnya, jika terdapat kehadiran seorang anak diantaranya, maka jadilah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Selain sebagai pengundang kebahagiaan, kehadiran anak dalam suatu keluarga juga mempunyai andil yang penting. Seorang anak biasanya dianggap sebagai cerminan dari orang tuanya, seperti peribahasa yang kita semua tahu "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya".
Peran orang tua dalam mencetak kepribadian anak dirasa sangat sarat urgensi. Jiwa anak yang ibarat kertas kosong, akan terisi sesuai dengan apa yang orang tuanya torehkan.
Seiring dengan tumbuh kembang sang anak, alangkah baiknya jika hal-hal dibawah ini pantang dilakukan oleh orang tua :
Bertengkar atau berseteru di hadapan anak
Ketika anak melihat hal yang berbau kekerasan dan emosi, maka lingkungan yang demikian dapat membentuk pribadi anak menjadi keras dan susah diatur. Ini berdasarkan hasil pengamatan non-ilmiah saya terhadap keluarga-keluarga yang ada di lingkungan saya.
Selain itu, bisa jadi sang anak juga akan mengalami trauma. Trauma ini berakibat ketika nanti ia dewasa. Ketika memasuki usia menikah, biasanya anak tersebut akan sulit membangun rumah tangga akibat traumanya.
Mengatakan "Jangan", "Tidak boleh", dan sejenisnya
Larangan-larangan yang diberikan orang tua kepada anaknya, sebaiknya disampaikan dengan cara yang benar. Salah satunya yaitu dengan menghindari menggunakan kata "jangan", "Tidak boleh", dan sejenisnya.
Bukannya menurut, tetapi jika menggunakan kata-kata tersebut, anak akan malah semakin tertantang. Ia menjadi penasaran, kenapa orang tua melarang mereka berbuat atau berkata demikian. Dan memang kebanyakan larangan yang disampaikan dengan kata-kata tersebut tidak berhasil menjadikan anak yang penurut, sebaliknya justru suka membangkang.
Orang tua yang sering bermain gawai
Seperti yang kita ketahui, bahwa kini sebuah gawai saja dapat mengubah kepribadian seorang anak. Anak yang dulunya suka bermain diluar, kumpul bersama teman-temannya, kini setelah adanya gawai, mereka menjadi anti-sosial dan cenderung egois. Segalanya serba individualisme. Berbeda dengan masa ketika dahulu manusia belum diserang oleh arus modernitas.
Ketika orang tua justru memperlihatkan keaktifannya bermain gawai didepan anak, maka bukan tidak mungkin jika anak akan mencontoh perilaku tersebut. Bisa jadi sang anak akan berpikiran bahwa hal tersebut baik dan patut dicontoh, mengingat orang tuanya sendirilah yang melatihnya secara tidak langsung.
Yang saya sebutkan diatas, tentu masih sebagian kecil dari banyak hal yang pantang dilakukan orang tua demi terbentuknya i'tikad baik sang anak. Di kehidupan yang serba modern dan futuristik ini, orang tua sangat perlu memutar akal dalam mendidik sang anak sesuai dengan eranya.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H